SELAMAT BERKUNJUNG,BERGABUNG MENJALIN IKATAN KEMITRAAN

Jalinan Kemitraan digalang oleh rasa simpati yang menggerakkan diri tuk berbuat "satu" namun memberi "seribu satu" makna,bagi eksistensi organisasi dan menciptakan karsa bagi mereka [Tunanetra]menghilangkan sikap stereotype,diskriminatif dan antipati sehingga mereka dapat eksis dalam kehidupan menuju penyetaraan [Berbuat Untuk Tunanetra,Berbuat Untuk Semua] Bagi sahabat yang ingin berbagi dan mendukung Program Kami,Kampanyekan Blog ini dengan mengcopy Banner Komunitas Peduli Tunanetra.Klik Disini
Buat Para Sahabat Pengunjung ,Blogger,Anggota KAPTEN MITRA,dan Anggota BAMPER XII,kami tunggu masukan dan sarannya yah, demi membangun organisasi kami dan terkhusus kepada para penyandang cacat khususnya Tunanetra.
Kami merekomendasikan Anda untuk mempergunakan Mozilla FireFox Web Development & Hosting

Kamis, April 10, 2008

Braille

Braille is writing system which enables blind and partially sighted people to read and write through touch. It was invented by Louis Braille (1809-1852), a French teacher of the blind. It consists of patterns of raised dots arranged in cells of up to six dots in a 3 x 2 configuration. Each cell represents a letter, numeral or punctuation mark. Some frequently used words and letter combinations also have their own single cell patterns.

There are a number of different versions of Braille:

Grade 1, which consists of the 26 standard letters of the alphabet and punctuation. It is only used by people who are first starting to read Braille.
Grade 2, which consists of the 26 standard letters of the alphabet, punctuation and contractions. The contractions are employed to save space because a Braille page cannot fit as much text as a standard printed page. Books, signs in public places, menus, and most other Braille materials are written in Grade 2 Braille.
Grade 3, which is used only in personal letters, diaries, and notes. It is a kind of shorthand, with entire words shortened to a few letters.
Braille has been adapted to write many different languages, including Chinese, and is also used for musical and mathematical notation.




















Selanjutnya......

Pelatihan BISINDO oleh GERKATIN SULSEL

oleh Mustaqim Zulkifli
Pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia sukses terlaksana oleh DPD GERKATIN SULSEL, yang diselenggarakan di SLB Parangtambung selama 4 hari, dimulai tanggal 7 - 10 April 2008. Yang bekerja sama dengan PPCI Pusat, dan Handicap Internasional.
Pemateri pelatihan tersebut dari GERKATIN Pusat, yaitu Bambang dan Lidya
Para peserta berasal dari berbagai instansi pemerintahan dan utusan organisasi sosial penyandang cacat berkebutuhan khusus, diantaranya : DPD HWPCI SULSEL, DPD PERTUNI SULSEL, GERKATIN SULSEL,BPOC SULSEL dan lain-lain. Selanjutnya......

Rabu, April 09, 2008

Khusus ATM Tunanetra, ATM Bisa 'Bicara'

(Monday, 24 July 2006) - - Terakhir diperbaharui (Tuesday, 25 July 2006)
detikInet Jakarta, Anda seorang tunanetra yang sering minta bantuan orang berpenglihatan nornal untuk melakukan penarikan uang tunai di mesin ATM? Kini telah hadir mesin ATM untuk tunanetra, perangkat anjungan tunai mandiri yang memungkinkan tunanetra bertransaksi tanpa bantuan orang lain.
Adalah Ron Boutte, warga San Fransisco Amerika yang mengalami kebutaan sejak usianya 10 tahun. Ia sangat mahir menggunakan mesin ATM. Dengan meraba huruf braille (huruf timbul khusus untuk tunanetra) yang terdapat pada tombol, serta mengingat dengan baik menu-menu yang ada pada mesin ATM, ia dapat menarik uang tunai atau bertransaksi tanpa menemui kesulitan.
Namun demikian, perkara mengambil uang ternyata tak semudah menggerakkan jari dan menekan tombol braille. Pria berusia 44 tahun ini tetap tak dapat melihat informasi yang tertera di layar. Ia tak tahu, apakah mesin ATM tersebut rusak, atau terdapat kesalahan dalam proses transaksi yang dilakukannya. Lalu, apa yang akan Boutte lakukan? Meminta orang lain untuk membacakan informasi di ATM tersebut? Apa jadinya kalau tak ada seorang pun disana, sementara Boutte sangat membutuhkan uang untuk keperluannya?
Masalah seperti ini tentunya juga dialami tunanetra di negara lain. Kalau tidak membawa teman, biasanya si tunanetra minta bantuan orang di sekeliling ATM . Bukankah hal itu sangat merepotkan dan beresiko tinggi?
Tetapi, kini Boutte dan tunanetra yang berdomisili di San Fransisco tak perlu lagi khawatir. Mereka sudah dapat menikmati ATM bicara yang ditempatkan di kantor perpajakan kota, serta berbagai sarana umum di pusat kota.
Untuk menemukan lokasi ATM bicara, tunanetra cukup mengandalkan semacam alat infra merah yang akan memberikan petunjuk berupa sinyal suara. Semakin dekat lokasi ATM bicara dengan tunanetra yang membawa alat tersebut, maka suara sinyalnya akan semakin keras.
Ketika tunanetra tiba di ATM, ia dapat mendengarkan instruksi transaksi melalui headset. "Please insert your card and enter your authorization number", begitulah kira-kira pesan suara yang akan terdengar ketika tunanetra mulai mengaktifkan mesin ATM tersebut.
Selanjutnya, pesan suara akan memberitahukan tombol dan menu apa saja yang telah ditekan, termasuk informasi menu, dan status transaksi. Jika transaksi berhasil atau gagal, tunanetra juga dapat langsung mengetahuinya.
"Saya merasa sangat terbantu dengan adanya ATM bicara ini. Saya dapat melakukan proses bisnis seperti halnya orang berpenglihatan," tutur Damien Pickering, ketua organisasi tunanetra Rose Resnick yang juga tunanetra.
Menurut dia, ATM bicara merupakan terobosan baru yang memungkinkan tunanetra untuk melakukan transaksi secara mandiri. "Saya tak harus meminta orang lain untuk membacakan tulisan di layar atau buku tabungan, jadi privasi dan keamanan uang lebih terjaga," tambahnya.
Ternyata untuk mengembangkan sebuah mesin ATM bicara tidaklah mudah. Menurut Leal, sebuah ATM yang memiliki perangkat audio synthesizer (sistem yang mampu membacakan tulisan di layar monitor) membutuhkan dana USD 200 sampai USD 500. Itulah faktor utama yang membuat bank-bank enggan menyediakan perangkat asistif tersebut, karena biayanya terlalu mahal dan tentu saja mengurangi keuntungan bank itu sendiri.
Namun, Leal tidak menyerah dan akhirnya berhasil meyakinkan bank-bank di kotanya bahwa tunanetra juga salah satu bagian dari aset bisnis mereka. Hal tersebut didukung dengan perkembangan teknologi audio yang semakin canggih,yang berhasil menekan biaya pembuatan ATM bicara. Tahun 2006 ini saja, biaya pembuatan sebuah ATM agar bisa bicara hanya membutuhkan kurang dari USD 100.
"Saya merasa perlu pro aktif, karena bank-bank disini telah mendapat amanat resmi dari negara untuk menjalankan proyek ini," jelas Leal. Ia menambahkan bahwa semua bank seharusnya dapat mencontoh Citibank dan Wells Vargo,dua bank terkemuka yang telah menyediakan layanan ATM bicara.
Lalu, teknologi apa yang terimplementasi dalam ATM bicara? Untuk mengubah huruf huruf dan angka menjadi bentuk keluaran suara, ATM bicara dilengkapi dengan piranti lunak pembaca layar yang akan menyuarakan setiap menu dan angka yang muncul di layar. Ada juga yang menerapkan teknik audio recording, yaitu merekam bacaan menu-menu yang telah baku dan menyimpannya dalam chip khusus. Untuk satuan angka, rekamannya pun dibuat sesuai kebutuhan. Jadi, suaranya akan terdengar bagus karena langsung diambil dari rekaman suara manusia. Teknologi ini juga diterapkan dalam mesin penjawab telepon dan instruksi menu layanan kartu seluler.
ATM bicara, seperti yang telah dikembangkan di atas, mungkin saja bukan sebuah "barang baru" yang up-to-date di dunia bisnis internasional. Namun, hal ini tentu menjadi tantangan bagi kita, karena hingga saat ini Indonesia belum memiliki ATM bicara. Kalau ada pun teknologinya masih sederhana dan hanya dipakai untuk kepentingan promosi atau acara kuis.
Memang untuk mengembangkannya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, bila pihak-pihak terkait, dalam hal ini pemerintah dan perbankan bersedia bekerja sama, bukan tidak mungkin kalau hal serupa juga dapat diwujudkan di Indonesia.
http://www.nad.go.id - .:..:.Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.:..:.
Bertenaga by KerSip Open Source
Dibuat: 10 March, 2008, 05:35
Selanjutnya......

Susunan Pengurus BAMPERXII

Ketua Umum : Mustaqim.Zulkifli
Wakil Ketua : Asgar A.Ghalib, A.Md.Komp
Sekretaris Umum :Nurtini Dinda, A.Md
Wakil Sekretaris : Jumiati,A.Md
Bendahara Umum : Salmawati
Wakil Bendahara : Meutiah, S.Pd

Divisi Publikasi, Penjaringan dan Kemitraan
Ketua Divisi : Ashar
Bidang Publikasi
Koordinator : Amrin
Staf Bidang : Muchlis
Bidang Penjaringan
Koordinator : A. Surya Ade Saputra
1. Korwil I (Tallo) : Nur Asia
2. Korwil II (STMIK Handayani) : Nasrullah,A.Md
3. Korwil III (AIK AKBA & UNM) : Aghis Firman
4. Korwil IV (UNHAS & STMIK Dipanegara) : Muslimin.Zulkifli
5. Koordinator Pengelolaan Data : M.Teguh saputra

Bidang Kemitraan dan Advokasi
Koordinator : Ahmad Maulana Agung
Staf Kemitraan : Awaluddin
Staf Advokasi : Ilham Akbar

Divisi Pendampingan & Reader
Ketua Divisi : Nurhidayah
Bidang Pendampingan
Koordinator : A.Irwan,Amd.Kom
Staf Pendampingan : Zulkifli Alim Nur
Bidang Reader
Koordinator : Nur Asia
Staf Reader : Karina Savitri
Divisi PSDM (Human Resource Development)
Ketua Divisi : Muh.Nursam
Bidang Pengembangan Bahasa Inggris (BEC)
Koordinator :Nurhaedah B, S.Pd
Bidang Pengembangan Teknologi Informasi
Kordinator : Ellyas B.Musu, Amd.Kom
Anggota : Muh.Abduh,A.Md.Kom
Anggota : A.Surya Ade Saputra,Amd Komp
Bidang Pengelolaan Daisy
Koordinator : Megawaty,S.Pd
Anggota : Vivi Aendari,S.Pd
Selanjutnya......

Sejarah Tulisan Braille

Oleh Didi Tarsidi
TANGGAL 4 Januari 1809, hari kelahiran Louis Braille, diperingati oleh dunia internasional sebagai "Hari Braille". Betapa tidak, berkat kelahiran anak tunanetra asal Perancis inilah maka lebih dari 40 juta orang tunanetra di seluruh dunia dapat belajar membaca dan menulis, dan oleh karehanya dapat mengenyam pendidikan sebagaimana rekan-rekannya yang awas.
Usaha untuk menciptakan tulisan bagi orang tunanetra telah dimulai sekurang-kurangnya 16 abad yang lalu, ketika seorang cendekiawan tunanetra Jepang pada abad ke-4 mengukir huruf-huruf pada kayu dan mendirikan sebuah perpustakaan yang cukup besar untuk menghimpun karya-karyanya itu. Hingga awal abad ke-19, orang-orang di Eropa masih memusatkan usaha membantu tunanetra belajar membaca dan menulis itu dengan memperbesar huruf Latin atau Romawi dengan menggunakan tali-temali, potongan-potongan logam, kulit atau kertas, tetapi hasilnya masih jauh dari memuaskan. Puncak keberhasilan usaha-usaha ini dicapai oleh Louis Braille, seorang anak tukang sepatu yang menjadi buta akibat tergores matanya oleh pisau pemotong kulit milik ayahnya.
Louis Braille mendapatkan inspirasi bagi ciptaannya itu dari Kapten Charles Barbier, seorang bekas perwira artileri Napoleon. Dalam peperangan Napoleon, Barbier menciptakan tulisan sandi yang terdiri dari titik-titik dan garis-garis timbul yang dinamakannya "tulisan malam". Dia menggunakan tulisan ini untuk memungkinkan pasukannya membaca perintah-perintah militer dalam kegelapan malam dengan merabanya melalui ujung-ujung jari.
Meskipun ciptaan Barbier ini telah terbukti berhasil untuk keperluan militer, tetapi tidak cocok untuk keperluan membaca dan menulis biasa. Akan tetapi, ini memberi petunjuk yang sangat berharga bagi Louis Braille ke arah apa yang sedang dicari-carinya.
Setelah pertemuannya dengan Charles Barbier, Louis Braille selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk membuat titik-titik dan garis-garis pada kartu-kartu untuk berusaha menciptakan tulisan yang cocok bagi tunanetra. Dia selalu mencobakan setiap perkembangan tulisannya itu kepada kawan-kawannya yang tunanetra. Menyadari bahwa jari jari kawan-kawannya lebih peka terhadap titik daripada terhadap garis, maka dia memutuskan untuk hanya menggunakan titik-titik saja dan mengesampingkan garis-garis bagi tulisannya itu.
Akhirnya, pada tahun 1834, ketika Louis Braille berusia awal 20-an, sempurnalah sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul itu. Louis Braille hanya menggunakan enam titik domino sebagai kerangka sistem tulisannya itu. Satu atau beberapa dari enam titik itu divariasikan letaknya sehingga dapat membentuk sebanyak 63 macam kombinasi yang cukup untuk menggambarkan abjad, angka, tanda-tanda baca, matematika, musik, dan sebagainya.
Ketika Louis Braille masih sedang menyederhanakan sistem tulisannya itu, dia diangkat sebagai guru di L'Institution Nationale des Jeunes Aveugles (Lembaga Nasional untuk Anak-anak Tunanetra) di Paris yang didirikan oleh Monsieur Valentin Hauy pada tahun 1783. Dia segera menjadi guru yang sangat disukai. Dia dipercaya untuk mengajar sejarah, geografi, matematika, tata bahasa Perancis, dan musik.
KETIKA sistem tulisannya sudah cukup sempurna, dia mulai mencobakannya kepada murid-muridnya. Mereka menyambutnya dengan gembira dan sangat merasakan manfaatnya. Meskipun Dr. Pignier, kepala lembaga itu, mengizinkan sistem tulisan itu dipergunakan dalam pengajaran di sekolah itu, namun tak seorang pun di luar lembaga itu mau menerima keberadaannya. Karena mereka belum pernah melihat betapa baiknya sistem tulisan ini, mengajarkan tulisan yang berbeda dari tulisan umum dianggapnya sebagai sesuatu yang amat ganjil dan tidak masuk akal. Karena badan pembina lembaga itu pun tidak menyukai sistem tulisan ini, maka mereka memecat Dr. Pignier ketika ia merencanakan menyalin buku sejarah ke dalam braille.
Kepala yang baru, Dr. Dufau tidak menyetujui sistem Braile itu dan melarang keras penggunaannya.
Karena murid-muridnya telah mengetahui kebaikan tulisan Braille itu, mereka tidak kurang kecewanya daripada Braille sendiri. Maka mereka meminta Braille mengajarnya secara diam-diam. Demi murid-muridnya itu, dia setuju mengajar mereka di luar jam sekolah.
Karena guru dan semua murid di dalam kelas itu tunanetra, maka tidaklah mustahil bagi guru guru lain untuk mengintip kelas rahasia itu dan memperhatikannya tanpa mereka ketahui. Kepala staf pengajar, Dr. Guadet, sering mengamati pelajaran rahasia ini dengan penuh minat dan simpati. Setelah melihat betapa cepatnya murid-murid itu memahami pengajaran yang disampaikan oleh Braille itu, maka Dr. Guadet mengimbau kepada Dr. Dufau agar mengubah pendiriannya dan mengizinkan penggunaan sistem tulisan itu. Akhirnya Dr. Dufau sejuju, dan menjelang tahun 1847 Louis Braille kembali dapat mengajarkan ciptaannya itu secara leluasa.
Pada tahun 1851 Dr. Dufau mengajukan ciptaan Braille itu kepada Pemerintah Perancis dengan permohonan agar ciptaan tersebut mendapat pengakuan pemerintah, dan agar Louis Braille diberi tanda jasa. Tetapi, hingga dia meninggal pada tanggal 6 Januari 1852, tanda jasa ataupun pengakuan resmi terhadap ciptaannya itu tidak pernah diterimanya. Baru beberapa bulan setelah wafatnya, ciptaan Louis Braille itu diakui secara resmi di L'institution Nationale des Jeunes Aveugles, dan beberapa,tahun kemudian dipergunakan di beberapa. sekolah tunanetra di negara-negara lain. Baru menjelang akhir abad ke-19 sistem tulisan ini diterima secara universal dengan nama tulisan "Braille".
KINI, sudah lebih dari satu setengah abad sejak tulisan braille itu tercipta dengan sempurna, namun kemajuan teknologi masih belum dapat menyaingi kehebatannya. Bahkan akhir-akhir ini tulisan braille sekali lagi telah membuktikan kesempurnaannya karena dengan mudah dapat diadaptasikan untuk keperluan transmisi informasi dari alat-alat pengolah data seperti komputer.
Untuk mengenang jasanya yang tak terhingga itu, pada tahun 1956 The World Council for the Welfare of the Blind (Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra) menjadikan bekas rumah kediaman Louis Braille yang terletak di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris, sebagai museum Louis Braille. Karena pada tahun 1984 WCWB melebur diri dengan International Federation of the Blind (Federasi Tunanetra Internasional) menjadi World Blind Union (Perhimpunan Tunanetra Dunia), maka sejak tahun itu pemeliharaan dan penngembangan museum ini menjadi tanggung jawab WBU
Selanjutnya......

Senin, April 07, 2008

Robot Ajari Anak Tuna Netra Menulis

Selandia Baru - Sebuah robot dan komputer khusus akan membantu anak-anak penyandang tuna netra belajar menulis. Cara kerjanya adalah dengan memadukan antara komputer layar sentuh dengan sebuah lengan robot, demikian seperti dikutip detikINET dari Nzherald, Rabu (9/4/2008).Bagaimana cara kerjanya? Pertama, seorang instruktur akan menuliskan huruf pada komputer layar sentuh. Gerakan menulis itu kemudian akan ditiru oleh lengan robot yang menggenggam pena. Pada saat yang sama, anak yang belajar menulis itu juga memegang pena dan mempelajari gerakan pena tersebut. Sementara tangan satunya meraba sebuah papan khusus yang akan memunculkan tekstur tulisan tersebut. Teknologi yang digunakan meminjam teknologi yang digunakan pada bedah virtual. Program ini dikembangkan oleh Doktor Beryl Plimmer, dari Auckland University, Selandia Baru, dengan dibantu oleh mahasiswanya Rachel Blagojevic.
Pengembangan teknologi ini diharapkan dapat membantu anak-anak tuna netra belajar menulis. Mengingat bahwa sangat sulit bagi penyandang tuna netra bawaan (sejak lahir) untuk belajar menulis, karena mereka tidak mengenal huruf.Hal terpenting yang diajarkan kepada penyandang tuna netra dengan teknologi ini adalah bagaimana membuat tanda tangan untuk nama mereka. Biasanya, orang-orang tuna netra belajar membuat tanda tangan dengan menggunakan stensil atau hanya membubuhkan tanda X. Padahal menurut Blagojevic, dokumen penting seperti surat perjanjian atau paspor perlu ditandatangani dengan layak."Dengan teknologi ini kami berharap anak-anak tuna netra tak sekadar mempelajari bentuk huruf-huruf tapi juga gerakan pena, dan bagaimana membuat tanda tangan," ujar Blagojevic. Namun, ia mengungkapkan, masih terlalu dini untuk mengetahui kapan teknologi ini akan dilempar ke pasaran. ( faw / wsh )

Fransiska Ari Wahyu - detikinet
Selanjutnya......

Minggu, April 06, 2008

Kita Sama

Oleh : Nursam
Makassar, Desember 2007

mata mereka tiada berfungsi
tapi, mereka melihat dengan hati
siapa pun pasti dikenali

mulut mereka sulit berkata
namun mereka mengenal tawa dan realita
siapa pun akan terhibur karenanya

mereka mungkin sulit mendengar
tapi, mereka tahu apa yang benar
karenanya mereka s’lalu tegar

kaki dan tangan mungkin tiada
namun mereka tahu kemana harus melangkah
karenanya mereka tak pernah salah arah

fisik mereka tiada sempurna
namun kesungguhan dan keuletan luar biasa
siapa pun kagum karenanya

wahai yang merasa diri sempurna
wahai yang tak tahu apa itu sempurna
jangan mengira mereka tak berdaya
jangan pernah berkata mereka tak berguna
dan jangan pernah memperolok mereka
karena mereka butuh kita
karena kita pun butuh mereka
karena mereka adalah kita
dan karena kita adalah mereka

mari bersama
menyongsong hidup penuh makna
karena di mata-Nya
kita semua sama
Selanjutnya......

Sabtu, April 05, 2008

Kartu Anggota

Kartu anggota ini sebagai tanda pengenal bagi anggota BAMPERXII, bagi anggota BAMPERXII yang belum mendapatkan kartu anggota silahkan menghubungi Saudari Salmawaty (Echa), Telp:0411-6177890 atau ke Sekretariat : Jl.Kapten Piere Tandean Blok M/07, Telp :0411-423053 Selanjutnya......

Selasa, April 01, 2008

Tuna Cakap (Kesulitan Belajar)

1. Definisi atau Pengertian
Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Berkesulitan belajar cukup beragam. Keberagaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda. Kelompok ahli bidang medis menyebutnya dengan istilah brain injured, dan minimal brain dysfunction, kelompok ahli psikolinguistik menggunakan istilah language disorder, dan dalam bidang pendidikan ada yang menyebutnya dengan istilah educationally handicapped. Namun istilah umum yang sering digunakan oleh para ahli pendidikan adalah learning disabilities.
The National Joint Committee for Learning Disabilities ( NJCLD) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah istilah umum yang digunakan untuk kelompok gangguan yang heterogen yng berupa kesulitan nyata dalam menggunakan pendengaran, percakapan, membaca, menulis, berfikir, dan kemampuan matematika. Gangguan ini terdapat di dalam diri seseorang dan dianggap berkaitan dengan sifungsi system syaraf pusat. Sekalipun kesulitan belajar mungkin berdampingan dengan kondisi-kondisi hambatan lain (misalnya perbedan budaya, kekurangan pengajaran, factor penyabab psikogen), kesulitan belajar bukan akibat langsung dari kondisi atau pengaruh tersebut.
Definisi lain mengemukakan bahwa Kesulitan belajar adalah Suatu keadaan dimana anak yang prestasi belajarnya lebih rendah dari kemampuan kecerdasannya, terutama dalam membaca, menulis, berhitung dan lain sebagainya.

2. Jenis – jenis Tuna Cakap
1) Minimal Brain Dysfunction
Minimal brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada murid ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian , perhatian, impulse(dorongan), atau fungsi motorik.
2) Aphasia
Aphasia merujuk suatu kepada suatu kondisi dimana anak gagal mnuasi ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 3,0 tahun. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena factor ketulia ,keterbelakangan mental, ganngguan organ bicara,tau factor lingkungan
Simptom aphasia digolongkan kedalam tiga karakteristik utama yakni:
a Receptive aphasia
− Tidak dapat mengeidentifikasi apa yang didengar
− Tidak mendapat melacak arah
− Kemiskinan kosa kata
− Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
− Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b Expressive aphasia
− Jarang bicara di kelas
− Kesulitan dalam melakukan peniruan.
− Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
− Jarang menampilkan gesture (geramk tangan )
− Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c Inner aphasia
− Tidak mampu melakukan asosiasi, oleh karena itu sulit berfikir abstrak
− Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
− Lamban merespon
3) Dyslexsia
Dylexia, ketidakcakapan membaca. Adalah jenis lain gangguan belajar. Yakni anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompitisi dengan temannya di sekolah .
Simptom umum dylesia :
− Kelamahan orientasi kanan –kiri
− Kecendurungan membaca kata bergerak maju mundur. Seperti “dia” dibaca “aid”.
− Kelemahan keterampilan jari.
− Kesulitan dalam berhitung
− Kelmahan memori.
− Kesulitan auditif.
− Kelemahan memori visual.
− Dalam membaca keras tidak mampu mengkonverisikan symbol visual ke dalam simbol auditif sejalan dengan bunyi secara benar.
4) Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik
Kelemahan preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya merujuk kepadsa masalah yang sama, persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.



Selanjutnya......

Sponsor Pekan Merah Putih

Penyelenggaraan Pekan Merah Putih ini, atas kerjasama :

Pemerintah Kota Makassar


MFC
Makassar Futsal Center.
Tribun Timur
Tribun Timur Online
Diselenggarakan Oleh

DPD PERTUNI SULSEL
Organisasi kemasyarakatan Tunanetra
BAMPERXII
Barisan Mitra DPD PERTUNI SULSEL

Atas semua bantuan dan kerjasamanya ,kami ucapkan terimakasih.

Bantuan dapat pula anda salurkan melalui :
Kas BAMPERXII
Bank Muamalat
An.Mustaqim Zulkifli
No.Rek : 9164465299


Untuk Informasi, Hubungi :
Sekretariat BAMPERXII :
Kantor DPD PERTUNI SULSEL,Jl Kapten Pierre Tendean Blok M No.7
Makassar - Sulawesi Selatan
90211
No.Telpon : 0411-423053
Selanjutnya......

Kata Mereka

Ketua DPD PERTUNI SULSEL Hamzah M.Yamin
Dengan adanya website ini, memberikan warna tersendiri mengenai penyandang cacat, terkhusus tunanetra, media website menjadi salah satu bentuk sosialisasi yang sangat bagus dengan jangkauan internasional,sehingga upaya mempublikasikan sahabat tunanetra dapat terjangkau secara menyeluruh. Aksi yang dilakukan BAMPER XII sebagai organisasi volunter / mitra PERTUNI sangat membantu kinerja DPD PERTUNI SULSEL dan penyandang tunanetra khususnya, teruslah memberikan satu kebaikan kepada mereka yang membutuhkan