SELAMAT BERKUNJUNG,BERGABUNG MENJALIN IKATAN KEMITRAAN

Jalinan Kemitraan digalang oleh rasa simpati yang menggerakkan diri tuk berbuat "satu" namun memberi "seribu satu" makna,bagi eksistensi organisasi dan menciptakan karsa bagi mereka [Tunanetra]menghilangkan sikap stereotype,diskriminatif dan antipati sehingga mereka dapat eksis dalam kehidupan menuju penyetaraan [Berbuat Untuk Tunanetra,Berbuat Untuk Semua] Bagi sahabat yang ingin berbagi dan mendukung Program Kami,Kampanyekan Blog ini dengan mengcopy Banner Komunitas Peduli Tunanetra.Klik Disini
Buat Para Sahabat Pengunjung ,Blogger,Anggota KAPTEN MITRA,dan Anggota BAMPER XII,kami tunggu masukan dan sarannya yah, demi membangun organisasi kami dan terkhusus kepada para penyandang cacat khususnya Tunanetra.
Kami merekomendasikan Anda untuk mempergunakan Mozilla FireFox Web Development & Hosting

Minggu, Juni 29, 2008

Selamat Menempuh Hidup Baru (Ranggo)

Tepat tanggal 27 Juni 2008,sepasang tunanetra saudara kami, sahabat kami, melangsungkan Akad Nikah di kediaman mempelai wanita.Insan dua sejoli ini melangsungkan akad nikah dihadiri oleh Guru/Pengajar SLB/A YAPTI Makassar,Organisasi Ketunanetraan,Pengurus BAMPERXII, kerabat dekat dan masih banyak lainnya. Liat nih foto-foto yang diambil langsung oleh Gelandangan yang bertindak sebagai juru kamera,hehehe punya bakat juga tuh.Besok-besok klo ada yang mau kawinan hub.ajja tuh Gelandangan (wkwkwkwkwk).Pokoke semua Pengurus DPD PERTUNI SULSEL dan BAMPERXII mengucapkan selamat dan semoga hidup bahagia selalu.Amin.
Buat seluruh kawan-kawan anggota BAMPERXII dan sekitarnya, diundang hadir di acara pernikahan Kanda Ranggo, pada tanggal 03 Agustus 2008, pukul : 19.00 Wita, ditunggu yah.



Selanjutnya......

Kamis, Juni 26, 2008

Dua Tunanetra SLB/A YAPTI Raih Juara Seni SLB Tingkat Propinsi

foto ade saputra
Ade Saputra dan Erlangga Wahyu Pratama mendapatkan prestasi yang membawa harum bagi Sulawesi Selatan khususnya SLB/A YAPTI Makassar.Pada Lomba Seni SLB - SDLB se Sulawesi Selatan.
Diselenggarakan di Flep Maros, pada tanggal 24-25 Juni 2008.Ade Saputra meraih prestasi pemenang lomba Kategori Nyanyi Solo Se Sulawesi Selatan,sebagai Juara Pertama dan Erlangga Wahyu Pratama meraih prestasi pemenang lomba kategori Puisi se Sulawesi Selatan,sebagai Juara Ketiga.


Untuk Setiap kategori lomba, juara pertama akan diberangkatkan ke Bandung untuk ikut serta dalam ajang tingkat nasional.

Untuk setiap lomba mendapatkan piala dan uang pembinaan
Hadiah I = 200.000 (Diikutsertakan lomba tingkat nasional)
Hadiah II = 150.000
Hadiah III = 50.000

*.Memprihatinkan juga yah, untuk prestasi yang gemilang itu,harusnya mereka mendapatkan prestise yang setimpal dengan prestasi non penyandang cacat, sebagaimana yang kita ketahui para pemenang tarik suara dan puisi itu mendapatkan uang dan penghargaan yang luar biasa, sampai jadi artis terkenal segala,mari kita perlakukan mereka sama.Dukung Tunanetra BISA,yuk.
Selanjutnya......

Rabu, Juni 25, 2008

FUTSAL Tunanetra

Tunanetra Main Futsal,gimana yah???
Dalam memajukan bakat dan minat olahraga tunanetra khususnya di bidang Futsal,maka DPD PERTUNI SULSEL bekerjasama dengan BAMPERXII menggelar Turnamen Futsal Tunanetra, yang Insya Allah akan dilaksanakan pada tanggal 14-18 Agustus 2008, di Lapangan Futsal Mall GTC Makassar kegiatan ini atas kerjasama dengan Makassar Futsal Center.
Turnamen Futsal Tunanetra, merupakan turnamen yang pertama kali di gelar di Makassar, hal ini berbeda dengan daerah dan negara lainnya.


Selain karena tidak didukung oleh fasilitas dan perhatian pemerintah, juga karena belum diberikannya kesempatan secara terbuka oleh pemerintah jenis perlombaan yang dipertandingkan tersebut.

Coba kita lihat di Blind Word Championship yang diselenggarakan di argentina, yang di promotori oleh organisasi besar olahraga tunanetra, yaitu International Blind Sport Federation (IBSA).Jangan jadikan mereka hambatan dan jangan menghalangi mereka tuk berbuat.

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT RI ke 64 Tahun, insya Allah akan diselenggarakan pada tanggal 08 Agustus 2008 (08-08-08), di Makassar.

Dukungannyayah!!!, buktikan anda peduli terhadap mereka ???
Kali aja ada yang mau sponsori,Hubungi aja kami.

Selanjutnya......

Selasa, Juni 24, 2008

Pelatihan Penyuluhan HIV / AIDS

Berdasarkan data pengidap HIV/AIDS oleh Kepala Dinas Kesehatan Makassar Naisyah Azikin , Jumlah penderita HIV/AIDS di Makassar mencapai angka 1.687 orang pada 2007. Jumlah ini terdiri atas 289 orang penderita HIV dan 1.389 orang penderita AIDS.Jumlah tersebut memberikan perhatian serius kepada siapapun untuk bersama-sama, peduli dan mengambil tindakan yang tegas untuk menyelamatkan generasi muda dari HIV/AIDS.Atas hal itu BAMPERXII bekerjasama dengan Metamorfosa mengadakan pelatihan bagi penyuluh HIV/AIDS 101,STOP AIDS,No To NARKOBA,kepada anggota BAMPERXII dan DPD PERTUNI SULSEL, sehingga diharapkan selepas pelatihan mampu menjadi tenaga penyuluh untuk penanggulangan HIV/AIDS.


Diselenggarakan Pada Tanggal : 08-17 Juli 2008, di Aula YAPTI Makassar.Kegiatan ini dibatasi sebanyak 10 orang, yang akan diselenggarakan di AULA YAPTI Makassar.(Jadwal dalam konfirmasi).
Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) pada 2005, jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 523 orang. Sementara pada 2006, mencapai 586 orang, serta 2007 mencapai 1.687 penderita

Siapkah anda memberantas HIV/AIDS ???
Pedulikah ANDA ???

Selanjutnya......

Selasa, Juni 17, 2008

Bursa dan Bedah Buku

15 Juni 2008,sekali lagi BAMPERXII menyelenggarakan sebuah kegiatan yang merupakan rangkaian peringatan HARDIKNAS dan rangkaian kegiatan DPD PERTUNI SULSEL, menggelar Bursa dan Bedah Buku. Dengan tema " Melalui Bedah Buku kita tingkatkan wawasan dan kearifan dalam menanggapi suatu masalah.
Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk memotifasi sahabat - sahabat mitra dan anggota DPD PERTUNI SULSEL, untuk lebih mencintai buku sebagai sumber pengetahuan.

Kegiatan tersebut
Agenda Kegiatan tersebut diantaranya:
1.Laporan Ketua Panitia : Saudara A.Irwan
2.Sambutan Ketua BAMPERXII : Mustaqim Zulkifli
3.Sambutan Ketua DPD PERTUNI SULSEL : Hamzah M.Yamin
4.Penyerahan Hadiah Juara Quis Qwarter I
5.Pembacaan Puisi : Bahana insan - insan yang tertepi oleh Ade saputra, Karya Makmur Kam.
6.Bedah Buku "Mencari Jejak Amarah" oleh Mbak Rasmi Ridjang Sikati.
7.Pentas Bakat dari Band DPD PERTUNI SULSEL.

Diantara agenda tersebut, diatas. Bursa bukupun digelar, atas kerja sama PT.Mizan Media Utama, diantara buku - buku terdapat buku Laskar Pelangi, Edensor, Sang Pemimpi, Sherlock Holmes, dll.

Peserta yang hadir nampak dengan serius mengikuti pelaksanaan kegiatan tersebut, yang merupakan perwakilan dari berbagai lemabaga kemahasiswaan dan LSM lainnya, termasuk yang hadir dari sahabat Komunitas Angin Mamiri.

Semoga dengan hadirnya pelaksanaan kegiatan ini, menjalin komunikasi antar sesama, terkhusus komunitas - komunitas yang peduli terhadap tunanetra,(TUNANETRA BISA)

Seputar bedah buku juga diulas oleh Sahabat Gelandangan,yang juga anggota BAMPERXII.

Terimakasih untuk semuanya.
Ketua Panitia

A.Irwan

Selanjutnya......

Seminar dan Workshop Nasional

DPD PERTUNI SULSEL, sukses menggelar pelaksanaan seminar dan workshop nasional yang diselenggarakan pada tanggal 08 Juni 2008, dengan tema "Education For All" dalam mencapai tujuan nasional, di AULA Angin Mamiri, Makassar - Sulawesi Selatan.
Peserta yang turut berpartisipasi diantaranya adalah guru / dosen dan mahasiswa, dengan jumlah kurang lebih 350 orang.

Hadir diantaranya Ketua PPCI SULSEL, Ketua HKI (Helen Keller Indonesia), Ketua DPD PERTUNI SULSEL, Kepala Sekolah SLB/A YAPTI.

Peserta mendapatkan sertifikat yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan.

Narasumber dari Seminar dan workshop nasional diantaranya Prof.Soli Abimanyu,M.Sc , Dra.Tatiana Meidina,M.Pd , Widyawati (Helen Keller Indonesia)

Selanjutnya......

Senin, Juni 16, 2008

Bahana Insan - insan yang tertepi

Karya : Makmur Kam

Raga dan indera kami tak paripurna gaya
dan kami sangat bersahaja
sehingga kami menjadi sasaran stigma
Tak perlu dan tak mampu berperan
Hak Asasi kami terpangkas peluang
Dan kesempatan kami terhalang
Aspirasi dan ekspresi kami terpalang

Aneka ragam regulasi dan tentang kami hanya dipajang
kami nyaris kehilangan makna
oleh ulah sekelompok mereka yang bertahta
Lalu kami ada disini karena hendak bertanya
Inikah negara yang sudah merdeka
Seperti ini kah bangsa yang mulia

Inikah indonesia yang berdemokrasi
Atau seperti inikah ajaran kitab-kitab yang kita pahami
Lantaran terlena dalam multi interpretasi yang distorsi
Atau boleh jadi karena proteksi gengsi dan arogansi
Dan kami korban posisi dan fungsi
Lalu jadilah insan-insan yang tertepi

Selanjutnya......

Selasa, Juni 10, 2008

50 Tunanetra Tuntut Pembubaran Ahmadiyah

JAKARTA - Sekira 50 orang yang tergabung dalam Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) menuntut pembubaran aliran Ahmadiyah.

Aksi para tunanetra ini digelar bersama sekira 2.000 massa yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Islam (HTI), Front Pembela Islam (FPI), massa pendukung Partai Persatuan Pembangunan dan berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya di depan Istana Merdeka, Jakarta.

Menurut anggota ITMI, Ajat Sudrajat, kedatangannya menuntut pemerintah untuk segera mengeluarkan SKB pembubaran aliran Ahmadiyah.

"Karena dia (Ahmadiyah) aliran sesat, dan yang menyebabkan perpecahan antara umat islam saat ini," ujarnya kepada okezone, Jakarta, Senin 9/6/2008).

Ajat menegaskan, orang yang memiliki kekurangan seperti dirinya dan rekan-rekannyapun mampu melaksanakan jihad.

"Kami juga ingin menunjukkan, bahwa tunanetra mampu untuk berjihad," katanya.

Pantauan okezone, hingga pukul 9.45 WIB massa dari berbagai ormas yang menuntut pembubaran Ahmadiyah terus berdatangan ke depan Istana Merdeka.

Sementara, ratusan aparat keamanan gabungan telah bersiap untuk menjaga aksi unjuk rasa. Kawat berduripun sudah dibentangkan tepat di depan Istana Merdeka. (ase)(uky)
Berita Terkait 'ahmadiyah'



Selanjutnya......

7 Orang Tunanetra Taklukkan Himalaya

Sesuatu hal yang spektakuler yang dilakukan oleh ketujuh penyandang tunanetra ini.Mereka melakukan hal yang sebagaian dari insan yang normal tentu merasa kesulitan untuk melakukannya.
Apa yang membuat mereka nekat,berhasilkah mereka sampai ke puncak gunung tertinggi itu??.

Erik Weihenmayer, manusia buta pertama yang mencapai ketinggian 29.035 kaki puncak Gunung Everest dan mendaki tujuh puncak di dunia, melakukan tantangan berbeda.

Dia memandu enam remaja Tibet yang buta untuk mencapai 23.000 kaki puncak Lhakpa Ri, bagian puncak lain di Everest.

Pendakian ini berawal saat Weihenmayer menerima pesan elektronik dari Sabriye Tenberken, seorang kandidat peraih Nobel Perdamaian 2005 dan salah satu pendiri kelompok Braille Without Borders, sebuah sekolah bagi orang buta di Lhasa, Tibet. Para siswa di sekolah tersebut terinspirasi oleh Weinhenmayer dan ingin bertemu dengannya.

Bahkan, Tanberken memiliki ide berbeda. Dia meminta Weihenmayer mengajak murid-muridnya mendaki gunung tertinggi di dunia itu.

Walhasil, perjalanan menempuh bahaya untuk menuju puncak berhasil dilakukan selama tiga pekan. Perjalanan ini didokumentasikan oleh Lucy Walker, dalam film dokumenter bertajuk “Blindsight”.

Berlatar belakang keindahan Himalaya, film ini memperlihatkan tantangan yang dihadapi enam bocah dalam kehidupan kesehariannya dan dalam perjalanan di Himalaya ini.

“Kami memang buta, tetapi hati kami tidak buta. Justru hati orang-orang normal yang buta,” kata Tenzin, salah seorang remaja Tibet, dikutip CNN, Kamis (3/4/2008).

Berita ini anda juga dapatkan di Muhsinlabib.wordpress.com
Selanjutnya......

Louis Braille

Louis Braille dilahirkan pada 4 Januari 1809 di bandar Coupvray berhampiran Paris. Beliau merupakan pengasas tulisan braille, iaitu titik timbul bagi menggantikan huruf dan nombor. Louis Braille merupakan anak keempat kepada seorang tukang kulit bernama Simon René Braille dan mempunyai penglihatan normal ketika kecil. Ibunya bernama Monique. Ketika berusia 3 tahun Louis Braille telah bermain-main di kedai ayahnya apabila dia tercucuk matanya dengan satu peralatan menebuk lubang pada kulit 'awl' (peralatan dengan hujung tajam dengan pemegang kayu bulat) kepunyaan bapanya. Walaupun mendapat khidmat perubatan terbaik pada masa itu, matanya yang sebelah lagi terkena jangkitan kuman mengakibatkan Louis Braille kehilangan penglihatan di kedua-dua belah matanya.

Walaupun buta, Louis Braille mendapat galakan ibubapanya, paderi tempatan dan guru sekolah untuk menghadiri kelas di mana dia mendahului rakan-rakannya yang celik. Bagaimanapun, disebabkan kecacatan penglihatan, dia tidak dapat membaca atau menulis. Pada tahun 1819, ketika berusia 10 tahun, Louis Braille telah mendapat biasiswa untuk belajar di Paris di Institut Kanak-Kanak Buta. Pengasas institut tersebut, Valentin Haüy, telah mendapat idea untuk membekalkan buku dengan huruf timbul untuk dibaca oleh orang buta. Buku-buku tersebut agak sukar dibaca, tebal dan mahal untuk dibuat, dengan setiap hurufnya sebesar 1 inci tinggi. Keadaan di sekolah tersebut amat tegas. Bangunan sekolahnya lembap dan melaksanakan sistem displin yang tegas sebagaimana sekolah-sekolah lain pada masa itu. Pelajar yang bersalah akan dirotan, dikurung, dan diberi roti keras dan air. Kehidupan semua orang adalah susah dan kebanyakan pelajar yang dapat melihat akan bekerja ketika berusia 12 tahun di kilang atau dalam lombong arang batu.
Di sekolah di Paris, pelajar buta akan diajar kemahiran praktikal seperti menganyam kerusi dan membuat selipar agar mereka dapat mencari nafkah selepas menamatkan persekolahan. Sekali seminggu, mereka akan dibawa bersiar di taman dengan diikat di pinggang dengan tali. Mereka diajar membaca tetapi tidak untuk menulis. Huruf di buku dibuat dengan menggunakan wayar tembaga yang ditekan pada kertas. Disebabkan setiap huruf perlu dibentuk menggunakan wayar, orang buta tidak dapat melakukannya dengan sendiri. Di sekolah itu hanya terdapat empat belas buku seperti itu dan Loius Braille membaca kesemuannya. Louis Braille merupakan seorang yang berbakat. Dia mempelajari cara bermain cello dan organ ketika masih muda dan bermain organ di gereja seluruh bandar Paris. Muzik memberikannya pendapatan yang tetap dan Loius Braille menggemarinya.
Pada tahun 1821, seorang pegawai tentera Charles Barbier de la Serre telah membuktikan bahawa perutusan yang ditulis dengan titik dan tanda sengkang dapat ditekan di atas kertas tebal untuk kegunaan perhubungan ketenteraan pada waktu malam ketika dalam parit pertahanan. Ini untuk mengelak daripada dikesan oleh musuh, tetapi ditolak oleh pihak tentera disebabkan kesukaran untuk melatih tentera. Sistem penulisan malam ataupun sonography menggunakan dua belas titik dan sengkang yang timbul mewakili bunyi berlainan. Tanda sengkang memakan banyak ruang dan setiap muka surat hanya dapat diisi dengan satu atau dua ayat. Charles Barbier menunjukkan cara penggunaan tulisan malam di sekolah Louis Braille yang menerimanya sebagai percubaan sahaja. Louis Braille menyedari kebaikan sistem titik timbul dan berusaha untuk memudahkannya.
Ketika bercuti Louis Braille menghabiskan masanya memperbaiki cara penulisan timbul ini. Louis Braille menyedari kelematan sistem Sonography seperti penggunaan asas dua belas titik dan penulisan berasaskan bunyi. Ketika berada dibengkel ayahnya, Louis Braille menyentuh alat penebuk ayahnya dan dia mendapat idea untuk menggunakan alat penebuk yang tumpul untuk membentuk tanda titik timbul di atas kertas. Selepas beberapa bulan berusaha, dia mendapati sistem enam titik timbul sebagai yang terbaik. Kedudukan titik yang berbeza mewakili huruf berbeza. Louis Braille terus memajukan penulisan braille selama beberapa tahun, memajukan kod mathematik dan muzik.
Pada tahun 1827 buku braille pertama dikeluarkan. Bagaimanapun sistem baru ini tidak diterima serta merta. Ini disebabkan terdapat halangan oleh mereka yang tidak memahami keperluan orang buta dan tidak mahu menerima atau menggalakkan penggunaan bentuk tulisan yang tidak dapat dibaca oleh orang biasa. Malah salah seorang pengetua di sekolah Louis Braille melarang penggunaan tulisan braille dan membakar buku braille yang ada. Bagaimanapun tulisan braille terus dipelajari dan digunakan oleh pelajar-pelajar dengan secara bersembunyi. Louis Braille sentiasa gigih menyebarkan tulisan braille dan akhirnya barulah tulisan braille diterima. Pada tahun 1834 Louis Braille menyempurnakan sistemnya dan menerbitkan buku Cara Menulis Perkataan, Muzik, Dan Lagu Dengan Menggunakan Titik Untuk Kegunaan Orang Buta Dan Disusun Oleh Mereka "Method of Writing Words, Music and Plain Song by Means of Dots, for Use by the Blind and Arranged by Them" .
Dengan menggunakan tulisan braille, sekarang orang buta bukan saja boleh membaca, malah dapat menulis dengan menggunakan peralatan tajam menyerupai penebuk 'awl' yang membutakan mata Louis Braille dahulu. Mereka kini dapat berdikari. Louis Braille menjadi guru di sekolah tempat dia belajar dahulu. Louis Braille dikagumi dan dihormati oleh pelajar- pelajarnya kerana kegigihannya, tetapi dia tidak dapat melihat sistem penulisan braillenya diterima ramai. Louis Braille sering diserang penyakit dan pada tahun 6 Januari 1852 ketika berumur 43 dia mati akibat penyakit Penyakit Batuk Kering.
Pada permulaannya sistem tulisannya hampir terkubur tetapi beberapa orang penting menyedari kepentingan ciptaan Louis Braille dan pada tahun 1868, Dr. Thomas Armitage (1824-1890) dan tiga rakannya mengasaskan 'British and Foreign Society for Improving the Embossed Literature of the Blind'. Kumpulan sahabat yang kecil ini bertambah dan menjadi Institusi Negara DiRaja Untuk Orang Buta 'Royal National Institute for the Blind', pencetak buku braille terbesar di Eropah dan British. Pada tahun 1990, tulisan braille digunakan di seluruh dunia dan diterima pakai oleh hampir semua bahasa daripada Albani hingga ke Zulu.
Di Perancis pencapaian Louis Braille diakui ditahap kebangsaan dan pada tahun 1952, jasadnya dipindahkan ke Paris di mana dia dikebumikan di Pantheon, tempat pengkebumian wira negara Perancis. Melalui usaha Louis Braille, beribu-ribu orang buta dapat membaca dan menulis. (Dicuplik oleh KRI & OMN dari ms.wikipedia.org/wiki/Louis_Braille)

CO.CC:Free Domain
Selanjutnya......

Helen Keller

Helen Adams Keller (27 Juni 1880 - 1 Juni 1968) adalah pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar. Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind.

Ia lahir normal di Tuscumbia, Alabama pada 1880. Pada usia 19 bulan, ia diserang penyakit misterius yang menyebabkannya buta dan tuli. Ia jadi liar dan tidak dapat diajar pada usia 7 tahun, sehingga orang tuanya bertemu Johanna (Anne) Mansfeld Sullivan Macy untuk menjadi guru pribadi dan mentor. Annie memegang tangan Helen di bawah air dan dengan bahasa isyarat, ia mengucapkan "A-I-R" pada tangan yang lain. Saat Helen memegang tanah, Annie mengucapkan "T-A-N-A-H" dan ini dilakukan sebanyak 30 kata per hari. Helen diajar untuk membaca lewat huruf braille sampai mengerti apa maksudnya. Helen menulis, "Saya ingat hari yang terpenting di dalam seluruh hidup saya adalah saat guru saya, Anne Mansfield Sullivan, datang pada saya." Dengan tekun, Annie mengajar Helen untuk berbicara lewat gerakan mulut, sehingga Helen berkata, "Hal terbaik dan terindah yang tidak dilihat atau disentuh oleh dunia adalah hal yang dirasakan di dalam hati." Ia belajar bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin lewat braille. Pada usia 20 tahun, ia kuliah di Radcliffe College (cabang Universitas Harvard), khusus wanita. Annie menemani untuk spell textbooks, huruf demi huruf, yang diletakkan ke tangan Helen. Hanya 4 tahun, Helen lulus dengan predikat magna cum laude.
Selanjutnya......

Jumat, Juni 06, 2008

Tunanetra pun Bisa Nikmati Euro 2008

EURO 2008,saat yang dinanti-nanti oleh para penggila bola.Bagi para penggila berbagai ekspresi mereka lakukan dan berbagai cara untuk dapat menyaksikan pertandingan tersebut,ada yang dengan memesan tiket untuk dapat menikmati EURO 2008,ada [ula yang menggelar nonton bareng, sampai menggilanya pernak pernik para favorit tim sepakbola telah mereka kenakan.Namun ekspresi tersebut sebagian besar hanya dapat dinikmati oleh mereka yang memiliki penglihatan normal,bagaimana dengan sahabat TUNANETRA.


Pasti menjadi tanda tanya????
Ternyata TUNANETRA di Swiss memiliki pelayanan khusus untuk dapat menyaksikan pertandingan EURO 2008
Bagaimana itu,kita lihat berita lengkapnya,
Berita ini diulas oleh DetikSport
Klik Disini




Selanjutnya......

Teknologi PDA Untuk Tunanetra

Saat ini, teknologi PDA (Personal Data Assistant) sudah sangat canggih. Bahkan, PDA yang ada sekarang seolah telah menjelma menjadi komputer genggam yang bisa dimanfaatkan untuk apa saja. Tinggal mencari sambungan internet, PDA bisa digunakan untuk transaksi bank, memesan tiket, memesan barang, hingga berbagai hal lainnya. Namun, PDA dengan layar makin kompak tersebut, kebanyakan masih diproduksi untuk orang-orang dengan penglihatan normal.

Artikel Ini di tulis oleh Tim Andrie Wongso,Lihat Tulisan lengkapnya di:
Teknologi PDA Untuk Tunanetra
Selanjutnya......

Senin, Juni 02, 2008

BUMIKU

Alangkah indah bumi ini
Ada pantai
Ada sungai
Ada gunung menjulang tinggi
Ada langit kebiruan
Ada awan


Ada hembusan
Ada pepohonan
Ada burung berkicauan
Ada bunga bermekaran

Akankah tetap indah?
Jika manusia kian serakah?
Memperkaya diri sendiri
Memperbanyak limbah industri
Kendaraan emisi tinggi
Mengekang bumi
Menyebabkan ozon kian ompong
Sementara penambang dan penebang kian sombong
Karena isi kantong tak pernah kosong

dan di sini
Aku yang sedang menatap bumi
Hanya bisa berkata
“Bumiku Terluka”

Makassar, Maret 2007

Pernah dimuat di harian FAJAR pada hari Minggu, 18 November 2007
Selanjutnya......

Apa itu Puisi

Menelusuri Batasan Puisi yang Tiada Batas
Oleh: Muhammad Nursam
Mahasiswa sastra Inggris UNM
(Ketua Divisi Human Resource Development Barisan Mitra DPD PERTUNI SULSEL)

Hari itu, di kampusku Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Makassar. Salah satu lembaga kemahasiswaan Jurusan bahasa inggris, namanya PRASASTI (Perhimpunan Mahasiswa Sastra Inggris) mengadakan acara ulang tahunnya yang ke 10 tepatnya hari jum’at tanggal 7 Desember 2007 di lapangan basket FBS UNM. Acara tersebut dirangkaikan dengan pementasan dan perlombaan seni, yakni pementasan musik, teater dan puisi. Tentu saja acara tersebut sangat menarik perhatian mahasiswa termasuk saya yang kebetulan turut ambil bagian membacakan salah satu puisi karyaku sendiri.

Banyak hal yang menarik dan sekaligus unik dalam acara tersebut terutama pementasan teater. Walau hujan, penonton dan pemain tak terpengaruh. Penonton tetap menikmati tontonannya dan para pemain tetap memainkan perannya masing-masing padahal mereka sudah basah oleh hujan. Kejadian itu membuatku salut pada mereka. Betapa tidak, ternyata di kampusku yang dikenal doyan tawuran masih ada segelintir orang yang peduli dan cinta akan seni terutama kecintaan mereka terhadap karya sastra. Tapi, ada hal yang mengganggu pikiranku waktu itu. Yaitu, ketika dua orang MC (Master of Ceremony) mebincangkan tentang makna puisi. Ketika ditanya tentang makna puisi. Salah seorang MC menjelaskan tentang arti puisi. Walaupun sedikit bingung akhirnya sang MC menjawab “puisi itu adalah ungkapan rasa cinta kita kepada kekasih, sahabat, teman atau pun orang tua” padahal puisi yang kubawakan waktu itu judulnya BUMIKU. Wah, seandainya arti puisi hanya sebatas yang dijelaskan sang MC tadi, maka puisi BUMIKU tidak termasuk kategori puisi. Lalu apa dong namanya? Untungnya batasan puisi tidak sampai disitu. Karena menurut penulis sendiri puisi adalah suara hati ataupun suasana hati seseorang yang dituangkan dalam kata-kata baik itu rasa cinta, benci, panik, maupun kekaguman akan sesuatu dan disusun sedemikian rupa agar terasa indah. Lalu apakah batasan yang saya kemukakan tadi sudah cukup? Ternyata pemahamanku akan puisi belum pantas mewakili batasan puisi yang sebenarnya. Baiklah saya ingin coba membahas apa itu puisi yang saya kutip dari buku Prinsip-prinsip Dasar Sastra karya Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan.

Puisi Menurut Bahasa
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan” (Ensiklopedia Indonesia N-Z; tanpa tahun: 1147).
Dalam bahasa inggris padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat berhubungan dengan –poet dan kata –poem. Menurut Vencil C. Coulter “kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta. Yang berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci; yang sekaligus merupakan seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi”. (Coulter; 1930 : 284-5).

Batasan-batasan Puisi
Ralph Waldo Emerson memberi penjelasan bahwa “puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk meggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan serta alasan yang menyebabkannya ada. Karena bukannya irama melainkan argumenlah yang membuat irama [yaitu ide atau gagasan] yang menjelmakan suatu puisi. Sang penyair mempunyai suatu pikiran baru untuk disingkapkan. Dia ingin mengutarakan kepada kita betapa caranya pengalaman itu bersatu dengan dia dan semua orang akan mempunyai perbendaharaan yang lebih kaya dengan pengalaman tersebut” (Blair & Chandler 1935 : 3).
Selanjutnya pengarang terkenal Edgar Allan Poe membatasi “puisi kata sebagai kreasi keindahan yang berirama (the rhytmical creation of beauty). Ukuran satu-satunya untuk itu ialah rasa dengan intelek ataupun dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan sekunder saja. Jika tidak bersifat insidental, maka puisi itu tidak mempunyai hubungan apapun baik dengan kewajiban maupun dengan kebenaran. (Blair & Chandler 1935 : 3).
Ada pula beberapa pengarang yang menghubungkan puisi dengan musik. John Dryden mengatakan bahwa “poetry is articulate music” dan Isaac Newton mengatakan bahwa “puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan” atau “poetry is ingenius fiddle-faddle” (Blair & Chandler 1935 : 3). Bahwa hubungan antara puisi dengan musik amat erat, kiranya tidak perlu diperdebatkan. Semua orang tahu bahwa irama merupakan unsur utama puisi. Lagi pula salah satu maksud utama puisi pada umumnya “not to speak but to sing”, “bukan berbicara tetapi berdendang” kepada para penikmatnya.
Samuel Johnson berpendapat bahwa “puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia bercikal-bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian” (Tarigan, 1967 : 28; Blair & Chandler 1935 : 4). Dan bagi Byron “puisi merupakan lava imajinasi, yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi”, sedangkan bagi Percy Byssche Shelley “puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan” (Blair & Chandler 1935 : 4).
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman manusia, antara lain pendapat Watts-Dunton dan Lascelles Abercrombie. “puisi adalah ekspresi yang kongkrit dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama”, kata Watts-Dunton, sedangkan Lescelles Abercrombie mengatakan bahwa “puisi adalah ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang memanfaatkan setiap rencana dengan matang dan tepat guna” (Blair & Chandler 1935 : 4).
Walaupun saya telah mengutip beberapa batasan tentang puisi, saya yakin kita belum mampu memperoleh kata sepakat untuk membatasi kata puisi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pandangan serta konsepsi. Namun demikian, hal ini jangan menjadi alasan kita tidak tertarik dengan puisi. Tetapi jadikanlah sebagai pemacu kita agar semakin dekat dengan makhluk yang bernama puisi karena memang batasan puisi tiada batasnya. Inilah yang menjadi keistimewaan puisi dibandingkan karya sastra yang lain.
Saya teringat seorang teman yang juga seorang penulis, namanya Irwan. Dia meminta saya memberi kritikan atas puisi karyanya. Saya jadi terperangah, mana sanggup saya mengkritik puisinya yang begitu bagus, saya bukan kritikus tapi seorang pengarang yang masih perlu banyak belajar. Saya hanya menyampaikan bahwa puisi kami berbeda aliran atau tipikal. Dimana puisinya lebih fokus pada pemakaian kata-kata kiasan sehingga maknanya tersembunyi sementara saya yang masih sedang belajar lebih fokus pada persajakan dan irama sehingga maknanya mudah ditebak. Dalam hal ini saya meminta padanya untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing. Apalagi dalam membaca puisi kita sering menjumpai kesulitan-kesulitan. Marilah kita dobrak kesulitan kesulitan itu agar pemahaman dan penghayatan kita bertambah mantap. Semoga ucapan Emerson yang berbunyi “puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata yang sesedikit mungkin”, benar-benar meresap ke dalam hati sanubari kita serta mempertinggi taraf apresiasi kita terhadap puisi pada khususnya, terhadap sastra, seni, dan hidup ini pada umumnya.
Selanjutnya......

Minimnya Fasilitas Untuk yang Cacat

Adalah pernyataan Presiden Abdurrachman Wahid bahwa di Bali dan Yogyakarta, tidak ada fasilitas untuk kepentingan penderita cacat di bandar udaranya. Padahal banyak turis mancanegara yang datang ke dua kota tersebut, tak terkecuali orang-orang cacat. Di negeri masing-masing mereka dihormati begitu rupa, tapi sampai di Indonesia dianggap menjadi beban.
Bukan rahasia umum lagi, penyandang cacat dianggap sebagai beban masyarakat, hingga tidak diperhatikan. Jarang kita mengingat bahwa kaum penyandang cacat, walau tak lengkap pancainderanya, juga dapat memberikan sumbangan bagi bangsa dan negara. Dan, lanjut Gus Dur, kadang-kadang kita lupa, dan di antara tanda kelupaan itu adalah hampir-hampir tak ada fasilitas untuk penyandang cacat di berbagai tempat umum.
Maka, saat inilah awal digemakannya Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) 2000. "Ini permulaan dari kita untuk memberikan perhatian dan sikap yang layak kepada para penderita cacat," kata Gus Dur, pada Pencanangan GAUN 2000, 4 Juni lalu di stasiun Gambir, Jakarta. Stasiun Gambir yang sudah dilengkapi berbagai fasilitas dan kemudahan bagi penyandang cacat menjadi pilot proyek bagi pencanangan GAUN 2000 itu.

Kata Gus Dur, "Karena ngurusin gambir yang dipakai makan sirih itu, bisa dipakai semua orang, termasuk orang cacat."
"GAUN 2000 merupakan suatu gerakan untuk memberikan akses bagi penderita cacat, hingga memungkinkan mereka memperoleh hak yang sama," kata Agum Gumelar, Menteri Perhubungan yang menjadi Ketua Panitia Pelaksana GAUN 2000.

Selama ini, katanya, penyandang cacat yang berjumlah sekitar 10,5 juta jiwa itu dihadapkan pada hambatan arsitektur yang menyebabkan mobilitas keseharian mereka terbatas. Di sisi lain, adanya hambatan sosial dan budaya yang menumbuhkan ketidakadilan dan ketidakpuasan di kalangan mereka. "GAUN 2000 diharapkan mampu menggugah kesadaran, kepedulian dan kepekaan, serta solidaritas sosial masyarakat terhadap permasalahan yang dihadapi penyandang cacat dan penyandang masalah-masalah sosial lainnya."
Akses di bandara
Bagaimana sebenarnya gambaran aksesibilitas di bandara-bandara di Indonesia? Sebagian besar memang belum ada fasilitas memadai untuk penyandang cacat itu. Sebut saja yang dimaksud Gus Dur, Bali dan Yogya. Bandara Ngurah Rai di Bali sebenarnya sudah memiliki sedikitnya toilet khusus bagi penyandang cacat. Tapi akses lain yang memudahkan mereka, belumlah ada. Demikian pula di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, yang bandaranya lebih kecil.
PT Angkasa Pura (AP) I yang mengelola kedua bandara tersebut, menyebut alasannya adalah soal dana. Tapi, kata staf humasnya, seluruh petugas di lapangan sudah diberi pengarahan untuk memberikan kemudahan bagi penyandang cacat di bandara. Rupanya, kesadaran orang per orang petugas bandara itu yang masih perlu ditingkatkan. Karena ternyata, 'keramahan' petugas bandara terkadang malah membuat penyandang cacat jadi rendah diri.
Sebagai contoh, seorang penyandang cacat berkursi roda yang akan naik tangga berjalan, hanya diberi senyum petugas, sambil mengatakan, "Silakan Pak!" Padahal keinginan mereka adalah kemudahan dengan bantuan serta merta tanpa si cacat 'minder'.
Namun kemudahan bagi penyandang cacat pada moda transportasi udara di Indonesia masih lebih baik, dibanding yang lain. Sedikitnya, airline dan agen groundhandling sudah lebih dulu memiliki persiapan, karena standar internasional menetapkannya. Pelayanan khusus bagi penyandang cacat sudah diterapkan, walau masih dibutuhkan fasilitas lain dengan memanfaatkan teknologi.
Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu unit pelayanan transportasi yang telah menyiapkan fasilitas yang aksesibel bagi penyandang cacat, dilengkapi logo standar internasional. Fasilitas itu antara lain, toilet, lift, lokasi parkir, jalur kursi roda dan penyiapan kursi roda oleh airline dan agen groundhandling. Selain itu ada fasilitas lain yang masih diusulkan, yakni telepon dan loket khusus bagi penyandang cacat.
Kaum penyandang cacat tidaklah butuh kekhususan atau keistimewaan yang malah membuat mereka berkecil hati. Seperti diungkapkan Wakil Ketua Panitia GAUN 2000 Koesbiono Sarmanhadi yang cacat kaki, "Kami memang ingin ada toilet atau lift yang memberi kemudahan. Tapi bukan berarti fasilitas tersebut sama sekali tidak dapat digunakan oleh yang lain. Akses itu tetap dapat digunakan semua orang, walau kami yang jadi prioritas."
Persoalan penyandang cacat tergantung sikap masyarakat, yang bermuara pada pendidikan dan kesadaran. Setidaknya dengan GAUN 2000, masyarakat akan mulai menghargai mereka. (nie/don)
Selanjutnya......

Minggu, Juni 01, 2008

Teknologi Tinggi Membuat Orang Buta Dapat “Melihat” Sesuatu

Bagi orang buta, mungkin impian terbesar mereka adalah dapat melihat sesuatu secara jelas dengan matanya. Baru-baru ini, suatu alat berteknologi tinggi yang dibuat oleh ahli di bidangnya asal Amerika Paul E. Lytha dan peneliti dari University of Montreal, Kanada, yakni Daniel Chapter dan rekan sejawat telah mewujudkan impian orang buta.

Beberapa hari yang lalu, di Universitas Montreal, Kanada, untuk pertama kalinya peneliti Daniel Chapter memasangkan alat yang ajaib itu pada penderita tuna netra bawaan, Michael Seasero. Ia memasangkan sebuah kamera mini ke atas dahi Michael, lalu meletakkan sebuah jaring elektroda induktor mini ke atas lidahnya, kemudian kamera akan merekam gambar dan diubah menjadi denyut listrik, dan dipancarkan ke jaring yang melekat erat di lidah Micahel, sehingga penderita tuna netra dapat membedakan rintangan di depan melalui sensasi di lidah.

Ahli ilmu saraf Morris Pudito mengatakan bahwa konsep teknologi ini adalah, menggunakan suatu sensasi mengganti sensasi lain yang hilang. Melalui alat ini, orang buta dapat merasakan dunia melalui lidah, sehingga dengan demikian akan mendapatkan suatu “sensasi visual”, namun, sebetulnya ia bukan melihat melalui mata, melainkan melihat melalui otak. “Kenapa kami memakai lidah, adalah karena ia adalah organ pertama yang kita pakai, sesaat setelah kita lahir kita sudah memakai lidah,” ujar Morris Pudito dalam keterangan persnya.

Setelah Michael memakai alat “lidah melihat benda” yang ajaib ini, ia-pun membuang tongkat penyangganya, dan di bawah bimbingan ilmuwan, Michael mulai berlatih melintasi rintangan. Namun, ketika untuk pertama kalinya Michael berjalan dengan bantuan alat ini, ia masih saja membentur banyak hal, sebab Michael masih belum dapat memahami sinyal denyut yang diterima lidah, masih belum dapat memastkikan jauh dekat suatu obyek menurut sinya-sinyal tersebut.

Setelah latihan selama 2 jam, akhirnya Michael mulai berjalan dengan lebih lancar, dan untuk pertama kalinya ia dapat merasakan obyek yang jauh sepanjang hidupnya. “Lidahnya” telah menggantikan fungsi matanya, akhirnya dengan bantuan alat tersebut ia dapat “melihat”sesuatu.

Sebelumnya beberapa hari yang lalu, ilmuwan Australia mengumumkan, bahwa mereka berhasil membuat suatu teknologi tiruan bola mata serupa yang lebih pragmatis, ada harapan dapat membantu penderita tuna netra non pembawaan kembali dapat melihat cahaya terang. Ada harapan teknologi ini masuk ke market dalam 5 tahun mendatang.

Prinsip kerja teknologi ini adalah, mengirim informasi gambar yang direkam kamera luar ke elektroda yang dipasang di sekeliling bola mata, selanjutnya mengirim informasi gambar ke otak besar. Peneliti terkait menuturkan, jika dibandingkan dengan teknologi mata tiruan di masa lalu yang perlu memasang alat buatan ke dalam bola mata, maka teknologi elektroda yang dipasang ke bagian luar bola mata ini lebih aman dan efisien

BIONIC EYE
Alat lain yang bisa membantu orang buta untuk melihat dunia adalah Bionic Eye. Peneliti asal Australia yang mengembangkan “mata bionik” menuturkan, hasil percobaan awal menunjukkan, mata bionik bisa secara terbatas merangsang penglihatan orang buta karena cacad gen yang langka. Pakar dari yayasan mata bionik di Walles Princes Hospital, Sydnei, yakni Crawnneo mengatakan “maksud pengembangan ini adalah supaya anjing penuntun kembali menjadi binatang kesayangan.”

Teknologi yang dipakai alat ini adalah dua hal yang serupa dengan telinga elektrik buatan yang dipakai sekarang. Crawnneo menuturkan, percobaan meliputi pemasangan elektroda di permukaan bola mata, kemudian merangsang selaput jala mata dengan arus listrik, selaput jala mata terletak di belakang bola mata, selapis sel pencahayaan yang tipis-tipis. Elektroda merangsang selaput jala mata mengirim informasi sampai ke saraf pandang, kemudian baru mengirim informasi sampai ke daerah visual otak besar. Menurutnya, meskipun tidak dapat memberi daya pandang sepenuhnya, namun, suatu hari kelak, diharapkan dapat memberi “visual fungsional” yang cukup bagi orang buta, agar mereka tidak sempoyongan berjalan di dalam kamar. “Pemakai dapat melihat kilatan cahaya yang menampilkan kontur suatu benda,” jelas Crawnneo.

Peneliti juga mengembangkan mata bionik jenis kedua yang bisa secara langsung menanamkan elektroda ke daerah visual otak besar, ini berarti penderita yang saraf visualnya rusak juga mendapatkan manfaat baiknya.

Meskipun keefektifanya saat ini sangat terbatas, namun, pakar peneliti George Harry menuturkan, ini cukup membuat penderita yang berada dalam kegelapan sepanjang tahun, akan meneteskan air mata ketika melihat titik terang.

(Sumber: Dajiyuan/Secret China)



Selanjutnya......

Xerox Kembangkan Mesin Fotokopi Untuk Tuna Netra

Pabrik mesin fotokopi terkenal didunia, Xerox, telah mengembangkan sebuah perangkat lunak baru yang mempermudah orang buta atau penglihatan terganggu untuk mengoperasikan sebuah mesin fotokopi digital. Mereka dapat menggunakan perangkat lunak yang disebut Asisten Mesin Fotokopi Xerox (Xerox Copier Assistant), dengan personal computer (PC) dan 'Xerox Document Centre 500 Series' dengan sistem multifungsi untuk mengunakan mesin fotokopi tanpa bantuan dari orang lain.

"Asisten Mesin Fotokopi Xerox menyediakan sebuah alternatif kontrol sentuhan pada layar (touch screen) yang biasa ditemukan pada sistem perkantoran digital, yang merupakan penghalang bagi orang yang buta maupun penglihatan terganggu," ujar A. Gidget Hopf, Presiden dan Chief Executive Officer dari Asosiasi untuk orang buta dan penglihatan terganggu, Goodwill Industries dari Great Rochester, Inc.

Asisten Mesin Fotokopi Xerox (Xerox Copier Assistant), yang terjual seharga US$495, ditambahi fitur-fitur yang diperluas menjadi on-screen user interface, menyimpan program teks ke ucapan (text to speech) dan tombol-tombol navigasi keyboard termasuk tab, panah dan function keys. Perangkat lunak tersebut dipasangkan ke PC yang terhubungkan dengan Sistem Pusat Dokumen.

Perangkat lunak teks ke ucapan (text to speech) berbicara kepada pengguna melalui langkah-langkah fotokopi termasuk fitur - fitur yang lebih luas seperti merapikan, menyusun dan mengopi dua sisi.

"Memungkinkan penggunaan cara yang sama untuk peralatan dokumentasi sebagai bagian dari upaya berkesinambungan dari Xerox untuk membantu orang menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan besar. Sejak permulaan disain, kami memasukkan fitur - fitur yang menjadikan Xerox produk mudah digunakan dan dioperasikan," ujar Jack Azar, Wakil Presiden Xerox Environment, Health & Safety.

Bertahun - tahun Xerox telah mengembangkan beberapa alat bantu untuk membantu konsumen yang cacat jasmaniah menjadi lebih produktif di kantor, termasuk tuts bersudut, tuts dengan label Braille dan tombol start print dengan kaki. Perangkat lunak Xerox Copier Assistant akan dijual melalui tenaga penjualan langsung Xerox. Sebagai tambahan, Xerox akan menyertakan perangkat lunak tersebut pada saat memperkenalkan produk-produk digital kantor mendatang.

Asisten Mesin Fotokopi Xerox didesain untuk memperlancar dan mempermudah penggunaan sehubungan dengan Pasal 508 (Seksion 508), Undang-Undang Rehabilitasi tahun 1998 (Rehabilitation Act of 1998), yang menyatakan bahwa peralatan elektronik dan teknologi informasi yang dikembangkan, diperoleh, dipelihara atau digunakan oleh pemerintah dapat dipergunakan oleh orang - orang yang cacat jasmaniah. (xerox/boo)

Selanjutnya......

Konvensi PBB Bagi Penyandang Cacat Berlaku 4 Mei

PBB telah menerima dokumen ratifikasi konvensi tersebut, Kamis (3/4) dari negara penanda tangan ke 20, Ekuador. Konvensi ini akan melindungi hak-hak penderita cacat di lapangan kerja, pendidikan dan di kehidupan sosial.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh perwakilan PBB atas nama sekertaris-jendral Ban Ki-moon menyatakan, ini adalah "momen yang bersejarah", karena hanya dalam waktu 18 bulan setelah konvensi itu di adopsi oleh Sidang Umum PBB, sudah 20 negara yang meratifikasi.

Ban mengatakan hal itu memperlihatkan dunia benar-benar memiliki komitmen untuk memberantas "praktek-praktek dehumanisasi dan cenderung mengabaikan" pelanggaran hak asasi manusia terhadap penderita cacat.

Kesepakatan itu akan menjadi alat yang memiliki kekuatan untuk membasmi segala kendala yang dihadapi para penyandang cacat, berupa praktek diskriminasi, pengucilan dari tatanan masyarakat, marjinalisasi ekonomi serta kurangnya kesempatan untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan sosial, politik dan ekonomi.
Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut serta dalam konvensi tersebut. Negara-negara yang belum menanda-tangani konvensi persamaan hak bagi para penyandang cacat antara lain Amerika Serikat dan Rusia.
Sumber: jurnalnasional


Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!

Selanjutnya......

Layanan Taksi Gratis Muslim AS Bagi Tunanetra

Sebuah niat baik muncul dari para supir Twin Cities Airport Taxi, Viking Airport Taxi, and Bloomington City Taxi sebuah perusahaan layanan transportasi umum di kota Minnesota, Amerika serikat. Mereka siap memberikan layanan gratis untuk kaum Muslimin tunanetra dan anjing yang menuntunnya untuk hadir dalam seminar nasional “Tunanetra Muslim di Minnesota”. Acara seminar itu sendiri diselenggarakan oleh Council on American – Islamic Relation (CAIR) pada 21 April 2007 mendatang di Minneapolis.

Semua perusahaan taksi itu kebetulan milik kaum Muslimin. Menurut Jubir CAIR, para supir taksi yang juga merupakan kaum Muslimin telah menyatakan keinginannya membantu kehadiran para tunanetra yang tergabung dalam Forum Persatuan Tuna Netra di Minnesota. Sepanjang hari, para supir itu siap melayani kaum tuna netra yang hadir. Ada sekitar 300 orang supir yang siap memberi layanan gratis tersebut.

Keinginan baik para supir Muslim itu juga untuk memperbaiki imej negatif di publik di mana mereka dianggap tidak mau melayani orang yang mempunyai anjing untuk mengendarai kendaraan mereka. Ini memang dibenarkan oleh para supir Muslim sendiri. Belakangan ini mereka memang diissukan tidak mau melayani orang yang membawa anjing.

Karena itulah, Abdun Nur Ahmad Dalal, salah seorang pengusaha taksi menyebutkan bahwa mobilnya bisa membawa orang yang memiliki anjing ke tempat tujuannya. “Islam melarang kita untuk menolak layanan untuk orang tunanetra, baik ia mempunyai anjing atau tidak. Hak mereka ada dalam posisi pertama. Para supir ingin pula agar aksi mereka kali ini bisa meluruskan isu negatif yang berkembang, ” ujarnya.

Tapi bukan hanya itu, motif pemberian layanan gratis yang dilakukan para supir. Mereka juga menyebutkan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah bagian dari ajaran Islam yang mendorong untuk saling membantu. Falery Sharle yang mewakili CAIR di Minnesota mengatakan, “Sebagai Muslim kita harus melakukan sesuatu dengan apa yang kita bisa untuk menolong mereka yang mengalami cacat fisik dan membutuhkan bantuan. ”

Menurut Sherle juga, para sopir muslim bandara itu mengatakan bahwa mereka sebenarnya sama sekali tidak pernah menolak layanan penumpang yang membawa anjing. Sherle lalu mengingatkan hadits Rasulullah saw, “Pintu kebaikan itu banyak sekali. Ada tasbih, tahmid, takbir, tahlil, amar maruf nahi mungkar, menyingkirkan duri dari jalan, menolong orang tuli, menunjukkan orang buta dan lainnya. ”

CAIR merupakan organisasi Islam terbesar di Amerika dan memiliki 32 kantor cabang di berbagai tempat. Misi CAIR adalah memperkenalkan Islam, membuka dialog, melindungi kaum muslim minoritas, membangun kerjasama untuk membuahkan keadilan dan kesaling pahaman.
Selanjutnya......

Mata Elektronik Untuk Tunanetra

Perkembangan teknologi terus berjalan. Segala aspek yang disentuh teknologi diharapkan mampu memberi solusi atas permasalah yang diderita manusia. Salah satunya, bagi mereka yang menderita kebutaan. Bagi kaum tunanetra ini para dokter di Moorfields Eye Hospital, London telah berhasil mengembangkan sistem mata elektronik.

Ahli retina, Lyndon da Cruz dan timnya berhasil mencangkokkannya kepada dua orang tunanetra melalui operasi implan retina mata artifisial. Operasi ini merupakan percobaan pertama yang diawasi oleh perusahaan Second Sight, penggagas teknologi mata elektronik yang diberi nama Argus II.

Argus II terdiri dari penerima sinyal elektronik supermungil serta panel elektroda yang diimplan di mata dan ditautkan pada retina. Untuk merangsang saraf retina yang akan meneruskan sinyal ke otak, maka dipasanglah sebuah kamera mini dan transmiter pada kacamata, kemudian sinyal nirkabelnya akan dikirim pada retina artifisial. Setelah itu, otak akan menerima pola terang dan gelap dalam level yang sederhana sehingga kaum tunanetra dapat melihat bermacam obyek yang sederhana.

Suatu saat, Argus II diharapkan dapat mengembalikan pengelihatan utuh kepada banyak tunanetra. Sayang, harganya masih sangat mahal, yakni mencapai 15 ribu pounsterling. Tentunya, kita harapkan harga mata elektronik ini bisa mencapai harga ekonomis. Dengan begitu, akan banyak kaum tunanetra yang bisa melihat kembali indahnya dunia. Semoga.
Tulisan Ini Kami ambil dari andriewongso.com Untuk lebih lengkapnya lagi kunjungi Klik Link :
Mata Eletronik Untuk Tunanetra
Selanjutnya......

Miles Hilton Barber Pilot Tunanetra Sukses Terbangkan Pesawat Microlight

Tentu merupakan hal baru dan mustahil bagi kita (non tunanetra),seorang tunanetra mampu menerbangkan sebuah pesawat terbang,gimana caranya,yah???
Berita ini kami ambil dari Harian Umum Pelita.Yang baru sempat kami posting lewat blog ini.

PESAWAT Microlight merupakan pesawat olahraga di kalangan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) dan biasa diterbangkan para pilot-pilot dengan sertifikat yang diperoleh dengan seleksi sangat ketat. Salah satu persyaratan tersebut adalah sehat jasmani dan rohani.

Namun kenyataannya membuktikan bahwa penyandang cacat tunanetra berhasil menerbangkan pesawat Microlight, Minggu (15/4). Hal yang menakjubkan itu, menimbulkan banyak kalangan wartawan dan masyarakat umum bertanya-tanya karena rute penerbangan yang ditempuh tergolong sangat luar biasa karena terbang beribu-ribu kilometer.
Bahkan Miles Hilton Barber yang pernah mengantongi rekor menerbangi Kanal Inggris dengan menerbangkan pesawat Microlight pada ketinggian 20.300 kaki itu, akan menambah panjang sejarah dalam dunia olahraga mengelilingi dunia untuk menggalang dana guna merestorasi penglihatan para orang-orang penyandang cacat tunanetra yang berada di negara berkembang.
Dengan pengalaman itu Miles Hilton Barber, merupakan orang pertama yang menggunakan sistem navigasi di dunia penerbangan, yang menggunakan GPS dengan keluar suara (audio) untuk mengetahui arah yang biasanya GPS berupa visual. Sementara kopilot hanya berfungsi untuk berjaga-jaga apabila kondisi udara terlalu parah agar dapat menentukan pendaratan darurat atau menentukan pemilihan dalam upaya penyelamatan terbang sebagai faktor utama.
Yang lebih menarik lagi pilot yang telah menyandang tunanetra selama 20 tahun ini, tidak surut akan keinginan untuk menerbangkan Microlight menyeberangi lautan dan benua. Hal itu terbukti bahwa Miles Hilton Barber telah keliling dunia dengan menyeberangi gurun, lautan, benua, dan pulau-pulau.
Bahkan kehidupannyapun seperti orang yang sehat jasmani, bahwa karya-karyanya sangat bermanfaat banyak kalangan khususnya penyandang tunanetra, juga memberikan motivasi dan inspirasi orang lain untuk mencapai potensi yang mereka miliki.
Keinginannya keliling dunia untuk mengumpulkan dana yang diperuntukkan para penyandang cacat tunanetra di negara berkembang itu Miles Hilton Barber, singgah di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur disambut Ketua Harian Pengurus Besar FASI Marsekal Muda TNI Eko Edi Santoso, Kabid Kegiatan Umum Marsda TNI Eris Herryanto, Wakabid Kegiatan Umum Marsma TNI Daryatmo, Kabid Hubungan Luar Marsma TNI T Djohan Basyar, Kabid Humas Drs Effendi Soen, Kapotdirga Microlight Wunwun Mauladi, Ketua FASI Provinsi DKI Jakarta dan Anggota Pordirga Microlight

Selanjutnya......

Kata Mereka

Ketua DPD PERTUNI SULSEL Hamzah M.Yamin
Dengan adanya website ini, memberikan warna tersendiri mengenai penyandang cacat, terkhusus tunanetra, media website menjadi salah satu bentuk sosialisasi yang sangat bagus dengan jangkauan internasional,sehingga upaya mempublikasikan sahabat tunanetra dapat terjangkau secara menyeluruh. Aksi yang dilakukan BAMPER XII sebagai organisasi volunter / mitra PERTUNI sangat membantu kinerja DPD PERTUNI SULSEL dan penyandang tunanetra khususnya, teruslah memberikan satu kebaikan kepada mereka yang membutuhkan