SELAMAT BERKUNJUNG,BERGABUNG MENJALIN IKATAN KEMITRAAN

Jalinan Kemitraan digalang oleh rasa simpati yang menggerakkan diri tuk berbuat "satu" namun memberi "seribu satu" makna,bagi eksistensi organisasi dan menciptakan karsa bagi mereka [Tunanetra]menghilangkan sikap stereotype,diskriminatif dan antipati sehingga mereka dapat eksis dalam kehidupan menuju penyetaraan [Berbuat Untuk Tunanetra,Berbuat Untuk Semua] Bagi sahabat yang ingin berbagi dan mendukung Program Kami,Kampanyekan Blog ini dengan mengcopy Banner Komunitas Peduli Tunanetra.Klik Disini
Buat Para Sahabat Pengunjung ,Blogger,Anggota KAPTEN MITRA,dan Anggota BAMPER XII,kami tunggu masukan dan sarannya yah, demi membangun organisasi kami dan terkhusus kepada para penyandang cacat khususnya Tunanetra.
Kami merekomendasikan Anda untuk mempergunakan Mozilla FireFox Web Development & Hosting

Rabu, Mei 28, 2008

INDONESIAKU

Indonesiaku...
apa yang dapat kubanggakan darimu
pejabatmu buruk
rakyatmu ambruk
utangmu menumpuk
harga diri pun kian terpuruk

Indonesiaku...
aku tak tahu keistimewaanmu
wakilmu korup
seolah gaji jutaan tiada cukup
tuk penuhi kebutuhan hidup
moralnya pun kian meredup

Indonesiaku...
katanya kau negeri yang subur
tapi mengapa rakyat tak makmur
utangmu digundul
keserakahan kian mendempul

Indonesiaku...
aku heran melihat deritamu
seolah tiada berlalu
gempa bumi
bencana tsunami
musibah transportasi
longsor sana-sini
lumpur menggenangi
penyakit gonta-ganti
dan masih banyak lagi

Indonesiaku...
aku kuatir akan masa depanmu
muda-mudi pemabuk, penjudi, pecandu pe... ah
sudahlah
yang pasti
aku tetap mencintai
dan mengharap kesembuhanmu
wahai tumpah darahku

Makassar, Juli 2007

Puisi ini pernah dimuat di harian FAJAR pada tanggal 5 agustus 2007
Selanjutnya......

Selasa, Mei 27, 2008

ZULKIFLI UMAR RAIH EMAS PORCANAS XII 2004 SUMSEL

Belum genap sepekan usai pelaksanaan PON XVI 2004 di Sumatera Selatan,Catur multi-event Pekan Olahraga Penyandang Cacat (PORCANAS XII 2004) yang digelar tgl. 30 September sd. 4 Oktober 2004.
Wasit Ketua Catur Porcanas XII Bapak Suratmin, WN mengirimkan seberkas laporan yang telah kami sadurkan.

CABOR CATUR PORCANAS XII 2004 PALEMBANG SUMSEL.
DISTRIBUSI MEDALI khusus Kategori Tuna Netra Low Vision
Juara 1 (MEDALI EMAS) ZULKIFLI UMAR (SULSEL)
Juara 2 (MEDALI PERAK) ISMAYUDIN S. (SUMUT)
Juara 3 (MEDALI PERUNGGU) PARMISDIONO (DKI JAKARTA)

Rekapitulasi jumlah peserta ( 27 propinsi ) :
Kategori Tuna Netra Lowvision Putra: 39 peserta (26 propinsi)
Kategori Tuna Netra Lowvision Putri: 3 peserta ( 3 propinsi)
Kategori Tuna Netra Total : 17 peserta (11 propinsi)

Propinsi peserta adalah :
1. Sumsel (4 peserta),
2. Sumut (4)
3. Babel (1),
4. Lampung (2)
5. Jambi (2)
6. NAD (1)
7. Bengkulu (1)
8. Riau (2)
9. Sumbar (2)
10. DKI Jakarta (4)
11. Banten (3)
12. Jabar (3)
13. Jateng (2)
14. DIY (4)
15. Jatim (1)
16. Bali (4)
17. NTB (1)
18. Kalteng (3)
19. Kaltim (2)
20. Kalsel (2)
21. Kalbar (2)
22. Sulsel (2)
23. Sulteng (2)
24. Sultra (2)
25. Sulut (1)
26. Gorontalo (1)
27. Maluku (1).
Technical Delegate : H. Sri Harjono, WN, PN
Wasit Ketua : Suratmin, WN
Wasit Anggota : 1. Zuber Yusuf, WN (Sumsel) 2. M. Suut, WN (Sumsel) 3. K. Thamrin, WN (Sumsel) 4. Sri Martono (Jateng). 5. Masykur F. (Jateng)
Selanjutnya......

Penyandang Tuna Netra dan Abdurrahman Wahid

Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Sulawesi Selatan mengecam aksi demo yang dinilai cenderung melecehkan korps tuna netra, dengan menampilkan sosok Presiden Abdurrahman Wahid sebagai penyandang tuna netra. Presiden dinilai bukan representasi korps tuna netra Indonesia.

Menurut Ketua DPD Pertuni Sulsel, Saharuddin Daming, Sabtu (24/3), aksi massa yang kerap memunculkan hal-hal yang berbentuk grafis, pernyataan, maupun isyarat yang berpretensi membangun opini yang melecehkan dan mendiskreditkan korps tuna netra.

"Mengait-ngaitkan buruknya kinerja Presiden Abdurrahman Wahid dengan kacacatan yang disandangnya, dapat menimbulkan sikap apatis, sinis, dan apriori masyarakat terhadap kaum tuna netra. Penggeneralisasian publik ini akan makin memposisikan korps tuna netra sebagai figur yang tidak memiliki manajemen yang baik, plin-plan, serta segala asumsi destruktif," ungkap Saharuddin.

Saharuddin dengan tegas mengatakan, meski Abdurrahman Wahid penyandang tuna netra, Pertuni tidak ada hubungannya dengan Abdurrahman Wahid. Pertuni bukan underbow salah satu partai politik. Dengan demikian, katanya, Pertuni bukan organisasi yang mendukung atau menentang Abdurrahman Wahid.(lam)
Selanjutnya......

Senin, Mei 26, 2008

Quis Kwarter I (Inklusi,Integrasi,Intelejensi,dan Inovatif)

DPD PERTUNI SULSEL selenggarakan Quis Kwarter I,berlangsung dengan tertib dan semarak,dihadiri oleh 29 peserta quis,dari berbagai kalangan,diantaranya : Pelajar,Mahasiswa,Tunanetra,dan para Mitranya.
Diselenggarakan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) yang diselenggarakan di Kantor Kecamatan TALLO, para peserta terlihat serius dan menggebu-gebu meraih juara dalam lomba tersebut,hal itu nampak dengan begitu ketatnya persaingan antar peserta.
Lomba tersebut berakhir dengan menghasilkan 3 pemenang,diantanya :Juara I Satrianti,Juara II Muh.Rais dan Juara III Muh.Syarif, masing-masing mendapatkan hadiah sebesar Rp.700.000,Rp.500.000 dan Rp.300.000
Selanjutnya......

Jumat, Mei 23, 2008

New York Dipimpin Gubernur “Tunanetra”

Albany – Skandal yang melibatkan Gubernur New York, Eliot Spitzer, dengan seorang pekerja seks komersial (PSK) ternyata mendatangkan hikmah tersendiri.
Dengan mundurnya Spitzer, Rabu pekan lalu, Wakil Gubernur David Paterson otomatis diangkat sebagai gubernur baru New York. Menariknya, Paterson merupakan orang kulit hitam pertama yang mulai Senin (17/3) ini memimpin New York.

Hebatnya lagi, Paterson menjadi gubernur New York dengan penglihatan sangat terbatas, bahkan sudah masuk dalam kategori tunanetra. Itulah sebabnya, Minggu (16/3), pejabat kelahiran 20 Mei 1954 tersebut sudah sibuk mempelajari anggaran belanja yang baru sambil menghafal pidato pelantikannya karena dia sulit membaca naskah. Sedangkan Spitzer secara resmi menanggalkan jabatannya sebagai gubernur New York, Senin siang, untuk kemudian diambil alih Paterson.
Segera setelah dilantik, Paterson langsung menghadiri sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) New York. Bahkan, akhir pekan lalu Paterson sudah sibuk bertemu dengan para politisi terkemuka dari Partai Demokrat dan Republik untuk mempersiapkan transisi kepemimpinan yang mendadak tersebut. Saat ini Paterson masih menjabat wakil gubernur sejak 14 bulan lalu atau bersamaan saat Spitzer dilantik menjadi gubernur.
Sebelumnya, Paterson adalah anggota dewan perwakilan daerah (senator) New York sejak 1985 mewakili sebagian wilayah Harlem dan Upper West Side di Manhattan. Paterson termasuk politisi kulit hitam yang sukses dengan latar belakang pendidikan kelas atas. Ayahnya, Basil, adalah mantan senator untuk Harlem dan belakangan orang kulit hitam pertama yang menjadi kepala dinas hubungan luar negeri New York. Itulah sebabnya Paterson menikmati pendidikan di Universitas Columbia dan Hofstra School of Law.
Kini Paterson mengaku agak gugup menghadapi tanggung jawab besar yang menantinya. “Saya tentu saja merasa gugup... namun pada akhirnya kita punya pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Paterson, Jumat (14/3). Yang jelas, Paterson akan menjadi kebanggaan baru bagi warga kulit hitam, tidak hanya di New York, tapi juga di Amerika Serikat.
Selain menjadi kulit hitam pertama yang menjadi gubernur New York, Paterson juga merupakan politisi kulit hitam keempat yang pernah menjadi gubernur dalam sejarah politik AS. Saat ini dia menyusul prestasi yang diukir oleh Deval Patrick, yang sedang menjadi Gubernur Massachusetts. Bahkan, dalam sejarah AS, Paterson juga menjadi penderita tunanetra kedua yang menjabat gubernur. Penderita tunanetra pertama yang menjadi gubernur adalah Bob Riley di Arkansas pada tahun 1975. Saat itu Riley hanya memimpin Arkansas selama sebelas hari.
Sementara itu, setelah menyatakan diri mundur sebagai gubernur New York, Spitzer kini terancam dipidana oleh aparat hukum federal akibat terkait dengan jaringan prostitusi tingkat tinggi. Itu lantaran dia ketahuan berkencan dengan seorang PSK di Washington 13 Februari lalu.(ap/ren)
Selanjutnya......

Tuna Netra Raih Beasiswa S2 ke AS

Keterbatasan fisik bukan halangan bagi Tolhas Damanik untuk meraih prestasi tertinggi. Anak bungsu dari empat bersaudara itu sukses menembus ketatnya persaingan meraih beasiswa pascasarjana dari Ford Foundation. Jebolan Universitas Negeri Jakarta itu berhasil menyisihkan 6.000 pelamar lainnya. Satu-satunya penerima beasiswa penyandang cacat itu akan memulai studinya di Ciracus University, AS, pertengahan tahun ini.

Di negeri Paman Sam dia memilih School of Education, dengan studi khusus pendidikan kebudayaan. Dalam bidang tersebut, dia akan memperdalam bidang filosofi dan sosio cultural.

Tolhas, panggilan akrabnya, merupakan sosok yang patut diacungi jempol. Ia lahir dengan keterbatasan fisik tidak mampu melihat. Tapi, dia bisa menunjukkan eksistensinya.

“Saya beruntung dilahirkan di keluarga yang istimewa. Mereka tidak pernah memanjakan saya”, tutur pria berusia 34 tahun itu.

Dalam keluarga, ialah satu-satunya yang mengalami tuna netra. Ketiga kakaknya memiliki fisik lebih sempurna. Tolhas kecil yang lahir di Pulau Bangka itu juga tidak pernah disekolahkan di SLB (Sekolah Luar Biasa).

“Saya berjuang untuk bisa sekolah umum. Mulai dari SD hingga tamat SMA”, kenangnya.

Selama bersekolah di Bangka, dia berjuang untuk tetap bisa melakukan semua tugas sebaik mungkin. Dia kerapkali mendapatkan bantuan dari orang tua, kakak, teman dan guru yang membacakan buku ataupun tugas-tugas lainnya. Dukungan dari orangtua dan keluarganya membuat dia tidak pernah putus asa.

Dia pun akhirnya melanjutkan sekolah ke Jakarta.”lulus dari sarjana, saya coba-coba untuk mencari beasiswa. Karena saya tidak punya biaya untuk kuliah”, jelas anak dari Usman Damanik dan Sintaria Simatupang itu.

Ia mencoba-coba untuk mencari beasiswa ke luar negeri dengan pertimbangan beasiswa dari Negara asing akan memberikan banyak porsi dan aksesibilitas, semisal buku dan alat-alat pembelajaran, hingga iklim yang lebih menerima orang dengan keterbatasan.

“Negara asing memang memberikan peluang lebih besar dan juga memberikan tempat bagi orang seperti saya”, tuturnya.

Dia mengatakan, kondisi perkuliahan di tempat itu jauh lebih baik. Dia telah mendapatkan banyak informasi dari teman-teman senasib di Negara yang akan dia tuju. Dari segi fasilitas juga lebih mendukung. Mulai dari buku-buku, aksesibilitas, housing (tempat tinggal), hingga alat transportasi.

Dia mengemukakan, secara hukum, negara yang dia tuju memang telah memayungi hak orang dengan keterbatasan. “Secara mental saya telah terasah, jadi saya rasa tidak akan ada banyak kesulitan. Selama ini saya menjalani kuliah juga sendiri”, katanya mantap (Aya).

***Sumber Indopos
Selanjutnya......

Pemijat Tunanetra Bogor Tolak BLT

Bogor - Dinilai tidak tepat sasaran, Pengurus Persatuan Pijat Tunanetra Indonesia (Pertuni) Cabang Bogor, Jawa Barat menyatakan pihaknya menolak pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Selain tidak tepat sasaran, bantuan yang jumlahnya Rp 100.000 per bulan itu dianggap tidak mendidik dan membuat rakyat menjadi malas.

“Kami lebih berharap pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan ketimbang memberikan bantuan yang jumlahnya tidak sesuai dengan harga serta kebutuhan masyarakat,” kata Pembina Tunanetra Wilayah Bogor, Memet Jalaludin kepada SH, Jumat (23/5) siang.
Dia mengatakan, penolakan terhadap BLT yang akan disalurkan pemerintah dilakukan Pertuni setelah melakukan pembahasan yang cukup alot. Dalam diskusi yang digelar Pertuni, para pengurus akhirnya memutuskan untuk tidak menerima bantuan langsung tunai tersebut. Bantuan secara tunai itu dianggap tidak tepat sasaran dan hanya membodohi masyarakat serta membuat warga miskin menjadi malas.
Yang diharapkan para tunanetra, tambah Memet, adanya perlakuan khusus yang diberikan pemerintah terhadap para tunanetra. Keistimewaan khusus itu, misalnya, pemerintah memberikan bantuan berupa pembangunan tempat-tempat pijat yang dikelola para tunanetra.
“Selama ini justru pemerintah mematikan usaha yang dilakukan anggota Pertuni seperti pembongkaran plang pijat tunanetra yang terpampang di pinggir jalan. Alasannya tidak ada izin atau pelanggaran lainnya. Seharusnya, mereka dibina bukan malah dibuat susah,’’ katanya.
Memet menambahkan pihaknya bisa memahami kebutuhan teman-teman yang kondisi hidupnya pas-pasan dengan mengharapkan hasil sebagai pemijat untuk menutupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Terlebih lagi harga kebutuhan pokok melonjak akibat kenaikan harga BBM, tapi mereka juga sepakat tidak menerima BLT karena dianggap tidak sebanding dengan biaya hidup sehari-hari mereka

Selanjutnya......

Minggu, Mei 18, 2008

PERTUNI SULSEL:Peringati Hari Pendidikan Nasional

DPD PERTUNI SULSEL menggelar Seminar dan Workshop Education For All, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional dan upaya mewujudkan program pendidikan inklusi.
Penyelenggaraan Seminar dan Workshop diselenggarakan pada tanggal 08 Juni 2008, di Aula Angin Mamiri.Selain itu kegiatan tersebut juga dirangkaian dengan Quis Qwarter yang lebih dahulu diselenggarakan, yaitu lomba dengan materi yang berkaitan dengan pendidikan umum dan pengetahuan ketunanetraan,lomba tersebut diselenggarakan pada tanggal 25 Mei 2008 di Aula Kantor Kecamatan Tallo,Jl.Arief Rahman Hakim dengan Total Hadiah sebesar 1.500.000,00.

Hubungi Sekretariat DPD PERTUNI SULSEL :
Jl.Kapten Pierre Tendean Blok M/7,Makassar
0411-423053
Selanjutnya......

Template Tunanetra 35 % tidak terpakai

Dari 12.150 template untuk penyandang tunanetra yang disiapkan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Sulsel untuk Pemilihan Kepala Daerah Sulawesi Selatan (Pilkada Sulsel) 2007, hanya sekira 60 persen yang dipakai di TPS yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Sulsel.

Hal tersebut dikemukakan Ketua Pertuni Sulsel Hamzah di sela-sela pencoblosan Pemilihan Gubernur (Pilgub) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 04 Yayasan Pertuni Sulsel, Makassar, Senin.

Menurut dia, sebelumnya pihak KPUD Sulsel meminta agar Pertuni menyiapkan 12.150 template yang akan digunakan penyandang tunanetra sesuai dengan jumlah kotak suara yang akan disebar di 23 kabupaten/kota di daerah ini.

Namun kemudian, ia mengemukakan, setelah dilakukan evalusi, ternyata jumlah kotak suara dikurangi dengan alasan efisiensi sehingga jumlahnya hanya lebih 7.000 kotak suara.

"Yang menjadi persoalan di lapangan, dari hasil pantauan kami, tidak semua TPS menyiapkan template. Padahal sebelumnya pihak KPUD Sulsel sudah setuju untuk menyiapkan template di setiap TPS," ungkapnya dengan nada kecewa.

Sebagai contoh, lanjutnya, TPS yang berlokasi di Jalan Bontoduri, Makassar, saat warga tunanetra menayakan kepada petugas PPS tentang alat khusus bagi penyandang cacat tunanetra, petugas PPS tersebut mengaku tidak tahu-menahu dan tidak ada template yang disiapkan.

"Ini menunjukkan bahwa sosialisasi penggunaan template di tingkat PPS dan KPPS belum terlaksana dengan baik. Sementara pihak KPUD Sendiri tidak pernah melibatkan unsur Pertuni pada saat sosialisasi," katanya.

Ia menambahkan, padahal penyediaan template itu penting untuk mengakomodasi warga penyadang cacat netra agar dalam menggunakan hak politiknya secara langsung, bebas dan rahasia sesuai dengan UU Pemilu.

Adapun jumlah penyandang cacat tunanetra di Kota Makassar mencapai sekitar 200 orang lebih sedang di Sulsel terdata sekitar 6.000 orang lebih.

Jumlah itu belum mencakup penyandang cacat lainnya seperti tunarungu, tunadaksa dan tunagrahita yang berdasarkan data World Health Organization (WHO) terdapat sekitar 1,5 persen penyandang cacat dari total sekitar delapan juta jiwa penduduk Sulsel dan Sulbar.

Terkait dengan adanya TPS yang tidak menyiapkan template, Hamzah mengatakan, pihaknya sungguh menyayangkan petugas di lapangan, padahal template yang sudah disiapkan sedemikian banyak, namun ternyata tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Ia juga menyesalkan, masih adanya penyandang cacat yang tidak terakomodasi untuk menggunakan hal pilihnya.
Selanjutnya......

Kamis, Mei 15, 2008

Screen Readers for Blind

JAWS v4.01 (Job Access With Speech)
by Freedom ScientificTM
This is a powerful screen reader program for people who are blind. It uses an integrated voice synthesizer and your computer's sound card to output the content of your computer screen to speakers. JAWS supports web browsers fot internet access,

e-mail programs, word processors, spreadsheets, presentation software, web development tools, database management software, and much more
Selanjutnya......

New Technologies for the Blind and Visually Impaired

The previous Research and Development Award featured over 80 projects submitted from 18 countries

Until June 30, 2006

Madrid, November 18, 2005—Today, the Spanish Organization for the Blind (ONCE) announced the start of the Fourth International Research and Development (R and D) Award in New Technologies for the Blind and Visually Impaired. The goal of this biennial event is to promote technological developments that contribute to the social integration and normalization of the blind and visually impaired.


Through this important initiative, ONCE helps encourage technology-related developments that correct or overcome the limitations of people suffering from low vision problems. For the Fourth R and D Award, the relevant areas of technology-related research include engineering, artificial intelligence, computer sciences, telecommunications, microtechnology and nanoelectronics.

In the United States, ONCE will work with the American Foundation for the Blind (AFB)—a leading blindness advocacy organization—to underscore the positive impact both ONCE and the R and D Award have on the international blindness community. "Technology has revolutionized life for people with vision loss across the globe," said Paul Schroeder, Vice President, Programs and Policy for the American Foundation for the Blind. "We are thrilled to be partnering with ONCE on this international competition to inspire innovative, new technology with life-changing potential."

The overall winner of the Fourth International R and D Award in New Technologies for the Blind and Visually Impaired will receive a prize of over $200,000. ONCE is currently accepting R and D Award entries, and submissions must be received by June 30, 2006.

All submission materials must be in either English or Spanish, and should be sent to the following address:

Secretariat of the Fourth ONCE International R and D Award in New Technologies for the Blind and Visually Impaired Calle José Ortega y Gasset, 18 28006 Madrid, Spain

Selanjutnya......

Braille Monitor By NFB

The Braille Monitor is the leading publication of the National Federation of the Blind. It covers the events and activities of the NFB and addresses the many issues and concerns of the blind.

The Braille Monitor offers a positive philosophy about blindness to both blind readers and the public at large; serves as a vehicle for advocacy and protection of civil rights; addresses social concerns affecting the blind; discusses issues relating to employment, education, legislation, and rehabilitation; and provides news of products and technology used by the blind.

To learn more about our flagship publication, consider Kenneth Jernigan's 1993 article entitled, "Concerning History and the Braille Monitor."
NOW AVAILABLE: The May 2008 Braille Monitor!
Subscriptions

Eleven issues of the Monitor are published each year (August and September are combined into one issue and cover our annual national convention). Subscriptions are available in large print (14-point), in Braille, on 2- or 4-track cassette, or via e-mail. Braille Monitor subscriptions cost the Federation about $25.00 per year. Members are invited, and nonmembers are requested, to cover the subscription cost as follows: $25.00 domestic; $35.00 Canadian; and $75.00 foreign. Donations should be made payable to the National Federation of the Blind, and sent to the NFB, attention Braille Monitor, 1800 Johnson Street, Baltimore, Maryland 21230.
Print, Braille, and Cassette Subscriptions

To subscribe or change your mailing address, please contact the NFB by mail, phone (410-659-9314, ext. 2344), or e-mail (nfb@nfb.org). Please indicate which format you would like to receive: large print, Braille, 2-track cassette, or 4-track cassette only (for e-mail subscriptions, please see below).
E-mail Subscriptions

If you would like to receive the magazine electronically for free, you may sign up online to receive the Braille Monitor by e-mail. (Please note: This is the only way to sign up to receive the Braille Monitor by e-mail.)
Submitting Material

Articles for the Monitor and letters to the editor may be sent to the NFB, attention Barbara Pierce, 1800 Johnson Street, Baltimore, Maryland 21230 or may be e-mailed to the editor, Barbara Pierce.
Ordering Back Issues

Monthly issues are available to order from January of 1978 to the present in Braille and in print. Issues from August of 1985 to the present are also available on 4-track cassette. Visit the Independence Market's Literature listing under Publications for more information about ordering back issues.
Online Recordings

The February 2007 issue of the Braille Monitor marks the beginning of a new era: In this issue, and those following, the same Braille Monitor recordings available on cassette are now available as MP3 files online. Follow the online access links to the appropriate issue, and then look for the MP3 file listed beside each article in the table of contents. Enjoy!
Online Access

Copies of the Braille Monitor from 1987 to the present are available immediately via our online directory.

CO.CC:Free Domain
Selanjutnya......

Ways you can donate to Action for Blind People

Please support our vital work by donating now. Your support will enable us to continue to make a real difference to the lives of blind and partially sighted people. The Gift Aid scheme also means that if you are UK taxpayer every donation you give can be worth an extra 28p - at no additional cost to yourself.

All links to external pages and forms on this page open in a new browser window.

Make a secure Donation online
Donating online is easy, quick and secure.

Donate online now

Make a Donation over the Telephone
Call our Customer Care Hotline on 0411 423053 (9am - 5pm Mon - Fri)

Make a Single Donation by cheque
Download our the Donation Form and send it with your one-off donation to

Customer Care
Kapten piere tendean Blok M/7,
Makassar-Indonesia,
9211
Selanjutnya......

Louis Braille (1809-1852)

Six dots. Six bumps. Six bumps in different patterns, like constellations, spreading out over the page. What are they? Numbers, letters, words. Who made this code? None other than Louis Braille, a French 12-year-old, who was also blind. And his work changed the world of reading and writing, forever.

Louis was from a small town called Coupvray, near Paris—he was born on January 4 in 1809. Louis became blind by accident, when he was 3 years old. Deep in his Dad's harness workshop, Louis tried to be like his Dad, but it went very wrong; he grabbed an awl, a sharp tool for making holes, and the tool slid and hurt his eye. The wound got infected, and the infection spread, and soon, Louis was blind in both eyes.
All of a sudden, Louis needed a new way to learn. He stayed at his old school for two more years, but he couldn't learn everything just by listening. Things were looking up when Louis got a scholarship to the Royal Institution for Blind Youth in Paris, when he was 10. But even there, most of the teachers just talked at the students. The library had 14 huge books with raised letters that were very hard to read. Louis was impatient.

Then in 1821, a former soldier named Charles Barbier visited the school. Barbier shared his invention called "night writing," a code of 12 raised dots that let soldiers share top-secret information on the battlefield without even having to speak. Unfortunately, the code was too hard for the soldiers, but not for 12-year-old Louis!

Louis trimmed Barbier's 12 dots into 6, ironed out the system by the time he was 15, then published the first-ever braille book in 1829. But did he stop there? No way! In 1837, he added symbols for math and music. But since the public was skeptical, blind students had to study braille on their own. Even at the Royal Institution, where Louis taught after he graduated, braille wasn't taught until after his death. Braille began to spread worldwide in 1868, when a group of British men, now known as the Royal National Institute for the Blind, took up the cause.

Now practically every country in the world uses braille. Braille books have double-sided pages, which saves a lot of space. Braille signs help blind people get around in public spaces. And, most important, blind people can communicate independently, without needing print.

Louis proved that if you have the motivation, you can do incredible things.
Selanjutnya......

Anniversary Helen Keller

On June 27 the world will celebrate the 128th anniversary of Helen Keller's birth. Deaf and blind from infancy, Helen Keller played a leading role in most of the significant political, social, and cultural movements of the 20th century. Throughout her lifetime (1880-1968) she worked unceasingly to improve the lives of people who were blind and deaf. Helen's own approach to life can be summed up by her advice to a five-year-old blind child in 1932:

"Never bend your head. Always hold it high. Look the world straight in the face."

* Visit the Helen Keller Kids Museum Online, featuring photos, videos, and letters that bring Helen's remarkable story to life.

* Explore the photos and letters from AFB's Helen Keller Archives, made accessible online.

* Use the guide to the Helen Keller Archives to learn about the papers, photographs, artifacts, and audio-visual materials that are contained in the collection.

* Learn about Anne Sullivan Macy: Miracle Worker. Helen Keller wrote "The most important day I remember in all my life is the one on which my teacher, Anne Mansfield Sullivan, came to me." Anne's work with Helen Keller became the blueprint for education of children who were blind, deaf-blind, or visually impaired that still continues today.

* Read Helen Keller's autobiography, The Story of My Life, written when she was just 21 years old.

* Visit the AFB bookstore to buy a copy of To Love This Life: Quotations by Helen Keller, with a foreword by Jimmy Carter.

* Make a donation now to help preserve Helen Keller's Archives!
Selanjutnya......

Selasa, Mei 13, 2008

Pendidikan Inklusi Belum Dipahami

Pendidikan inklusi yang menghargai semua siswa dengan keunikan mereka masing-masing masih belum banyak dipahami dan dijalankan oleh pemerintah maupun sekolah. Kendalanya karena sistem pendidikan Indonesia masih mengedepankan penyeragaman untuk bisa memenuhi target kurikulum daripada penyesuaian dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. "Untuk bisa menjalankan pendidikan inklusi, sistem pendidikan harus berubah. Tanpa perubahan sistem, pendidikan inklusi yang dicanangkan pemerintah sampai kapan pun cuma angan-angan.
Harus diubah!" kata Mulyono Abdurrahman, ahli pendidikan khusus dari Universitas Negeri Jakarta. Mulyono menyampaikan pandangannya dalam seminar bertajuk "Cerdas Istimewa dalam Kelas Inklusi" yang dilaksanakan Yayasan Adhi Purusa (Paguyuban Orang Tua Anak Gifted-Talented) dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta, Sabtu (24/11).
Menurut Mulyono, sekolah inklusi yang ada masih dipahami dan dijalankan dengan cara yang keliru. Seolah dengan menerima anak berkebutuhan khusus, umumnya penyandang cacat, untuk belajar bersama anak-anak normal lainnya, sekolah tersebut sudah mengklaim sebagai sekolah inklusi.
Endang Widyorini, psikolog dari Universitas Soegijapranata Semarang, mengatakan, setiap anak tidak bisa dianggap sama dengan anak yang lain. Guru harus mengkaji kekurangan dan kelebihan siswa. Lalu, setiap siswa dibuatkan program dan target sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Sekolah inklusi yang bisa dikatakan cukup ideal bisa dilihat di SDN Inklusi Klampis Ngasem I/246 Surabaya, Jawa Timur.

Sumber: Kompas, 26 November 2007

Selanjutnya......

Rabu, Mei 07, 2008

Gigi Pulihkan Kebutaan?

Bisakah Anda bayangkan jika gigi Anda "dipasang" pada bagian mata? Jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu. Sebab, inilah kenyataan yang terjadi pada seorang pria yang bernama Bob McNichol, seorang warga County Mayo, Irlandia. Namun, jangan dibayangkan yang dipasang adalah bentuk gigi utuh ke mata.

Pria ini mendapat cangkokan gigi di matanya untuk menyembuhkan penglihatannya yang menderita kebutaan karena sebuah kecelakaan. Bob terkena ledakan aluminium cair panas dalam sebuah bisnis daur ulang November 2005 silam.

Ia hampir putus asa karena dokter yang menanganinya mengatakan ia akan buta seumur hidupnya. Tetapi, beruntung ia mendengar ada satu teknologi unik yang dicetuskan oleh dokter Christopher Liu dari RS Mata Sussex, Brighton, Inggris. Dokter ini mengenalkan sebuah penemuan yang diberi nama Osteo-Odonto-Keratoprosthesis (OOKP). Teknik ini sebenarnya adalah penyempurnaan dari metode pembuatan kornea mata buatan dari gigi dan tulang yang sudah pernah dikembangkan dari tahun 1960-an di Italia.

Untuk keperluan pencangkokan ini, Bob mendapat donor gigi dari anaknya Robert. Kemudian, gigi tersebut diambil bagian akarnya yang berada pada bagian rahang. Setelah itu, mata Bob dibuat semacam lekukan, kemudian bagian gigi akan disisipkan. Gigi ini rupanya berfungsi untuk diberi lensa yang disematkan dalam sebuah lobang yang dibuat sebelum dimasukkan ke lekukan mata. Dan, dari lensa buatan inilah mata Bob bisa memperoleh kembali penglihatannya.

Untuk menyangkokkan gigi itu, Bob harus menjalani dua kali operasi. Yang pertama memakan waktu 10 jam, dan operasi kedua lima jam. "Kini, 65 persen kesempatan saya bisa melihat kembali. Sekarang saya bisa melihat sekitar dan menonton TV. Saya telah keluar dari kegelapan," ujar Bob seperti dikutip dari AFP.

Dengan penemuan unik ini, semoga ke depan akan makin banyak orang-orang buta yang terbantu untuk memperoleh penglihatannya kembali. Ada yang berminat mendonorkan gigi?

Selanjutnya......

Kata Mereka

Ketua DPD PERTUNI SULSEL Hamzah M.Yamin
Dengan adanya website ini, memberikan warna tersendiri mengenai penyandang cacat, terkhusus tunanetra, media website menjadi salah satu bentuk sosialisasi yang sangat bagus dengan jangkauan internasional,sehingga upaya mempublikasikan sahabat tunanetra dapat terjangkau secara menyeluruh. Aksi yang dilakukan BAMPER XII sebagai organisasi volunter / mitra PERTUNI sangat membantu kinerja DPD PERTUNI SULSEL dan penyandang tunanetra khususnya, teruslah memberikan satu kebaikan kepada mereka yang membutuhkan