SELAMAT BERKUNJUNG,BERGABUNG MENJALIN IKATAN KEMITRAAN

Jalinan Kemitraan digalang oleh rasa simpati yang menggerakkan diri tuk berbuat "satu" namun memberi "seribu satu" makna,bagi eksistensi organisasi dan menciptakan karsa bagi mereka [Tunanetra]menghilangkan sikap stereotype,diskriminatif dan antipati sehingga mereka dapat eksis dalam kehidupan menuju penyetaraan [Berbuat Untuk Tunanetra,Berbuat Untuk Semua] Bagi sahabat yang ingin berbagi dan mendukung Program Kami,Kampanyekan Blog ini dengan mengcopy Banner Komunitas Peduli Tunanetra.Klik Disini
Buat Para Sahabat Pengunjung ,Blogger,Anggota KAPTEN MITRA,dan Anggota BAMPER XII,kami tunggu masukan dan sarannya yah, demi membangun organisasi kami dan terkhusus kepada para penyandang cacat khususnya Tunanetra.
Kami merekomendasikan Anda untuk mempergunakan Mozilla FireFox Web Development & Hosting

Sabtu, Agustus 02, 2008

Pelayanan Integral bagi Tunanetra di SMU रेगुलर Oleh: Sujono sa’id

Setiap warga Negara tidak terkecuali penyandangcacat secara umum dan terkhusus bagi kaum tunanetra memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan salah satu pasal dalam undang-undang dasar 1945. Hal itulah yang mengilhami terciptanya sebuah rumusan tentang pendidikan untuk semua atau dalam bahasa Ingris dikenal dengan istilah Education for all.
Pelayanan integral adalah pelayanan yang sifatnya merupakan sebuah pemenuhan kebutuhan bagi kaum tunanetra untuk dapat memperoleh pendidikan yang sama dan merata dengan masyarakat umum dengan melakukan berbagai metode penyajian yang sedikit agak berbeda dengan masyarakat umum namun dalam menerima penyajian mereka tidak perlu untuk dipisahkan dari teman-temannya yang memiliki fisik yang sempurna, tetapi seorang guru kelas harus memberikan sedikit metode khusus.
Tapi materi yang diterima oleh kaum tunanetra yang bersekolah di SMU regular juga merupakan materi yang diajarkan terhadap siswa lainnya namun yang berbeda adalah metode penyajian yang dilakukan, tetapi perbedaan penyajian tidak mesti berbeda seratus persen. Metode yang sedikit berbeda adalah metode pelaksanaan ujian baik ujin mid smester maupun ujian smester jika dalam ujian mid smester metode yang digunakan adalah metode test secara lisan dari guru atau metode lain yang diberikan secara khusus agar pelajar dari kaum tunanetra juga tidak ketinggalan dari teman-temannya.
Selain metode pelayanan khusus dalam hal pelaksanaan ujian baik mid smester maupun ulangan smester yang harus sedikit berbeda adalah metode penilaian ketika seorang siswa/siswi dari kalangan tunanetra mengikuti materi pelajaran tertentu misalkan Pendidikan seni, maka siswa yang memiliki penglihatan lengkap(awas) mengikuti pelajaran seni rupa, dan tentu untuk mempelajari materi seni rupa yang mengambil peran penting adalah indera fisual.
Ketika seorang siswa/siswi dari kalangan tunanetra tidak mampu mengikuti pelajaran seni rupa yang notabene lebih banyak berperan adalah indera fisual, maka mereka tidak akan memperoleh nilai dari pendidikan seni rupa oleh karena itu sehingga untuk kasus seperti yang penulis uraikan di atas, tentu seorang guru harus mampu untuk mengambil sikap untuk menuntaskan kasus ini dengan jalan yaitu memberikan tugas khusus seperti membuat keterampilan sesuai dengan apa yang ia ketahui dan pernah di pelajarinya selama berada di sekolah luar biasa sebelum melanjutkan studi di SMU.
Begitupun dengan matapelajaran seperti Matematika yang notabene adalah perhitungan, Fisika yang memiliki materi teori yang sangat sedikit, namun sama seperti Matematika yang memiliki begitu banyak menuntut siswa/siswi untuk nenyelesaikan soal-soal dalam bentuk perhitungan, bagi kaum Tunanetra yang akan mengikuti pelajaran Eksak tentu tidak memungkinkan bagi mereka untuk menyelesaikan soal-soal yang harus diselesaikan dengan menggunakan rumus tapi kaum tunanetra hanya mampu menerima materi dengan materi Teori dari kedua matapelajaran eksak yang telah diuraikan diatas.
Sehubungan dengan itu, maka ada hal penting yang ingin penulis ungkapkan dan penulis sendiri ingin agar ini menjadi sebuah terobosan baru bagi pelajar kaum tunanetra yang menempuh pendidikan di sekolah regular, yaitu mengenai pengambilan jurusan.
Selama ini, kaum tunanetra belum pernah penulis temukan ada yang mengambil jurusan IPA, dikarenakan banyaknya hambatan yang harus mereka lalui, memang saya(penulis) belum pernah temukan jika seorang tunanetra mengambil jurusan IPA akan dipersulit bahkan mereka akan ditolak, tetapi kaum tunanetra sendiri tahu apa-apa yang menjadi hambatan mereka dalam belajar ketika mereka mengambil jurusan IPA.
Karena mereka merasa memperoleh difficult problem ketika mereka mengambil jurusan IPA, maka mereka mengambil jurusan IPS dan ada pula yang mengambil jurusan Bahasa, mereka mengambil jurusan IPS dikarenakan menurut mereka dan penulis sendiri materi yang disajikan oleh guru-guru yang mengajar pada jurusan IPS adalah materi yang sangat memudahkan bagi kaum tunanetra yang hanya mengandalkan analisa.
Sedangkan hambatan yang mereka alami ketika mereka mengambil jurusan IPA adalah banyaknya materi yang menuntut peran aktif fisual dalam menerima materi misalnya ketika seorang tunanetra belajar tentang mata pelajaran Biologi khususnya ketika mereka menerima materi praktikum di ruangan Laboratorium Biologi.
Praktek yang dilakukan ketika siswa/siswi yang mengambil jurusan IPA menerima mata pelajaran Biologi adalah membelah katak, membelah Burung, dan membelah binatang yang sejenis dengan binatang-binatang yang telah penulis sebutkan diatas, setelah hewan-hewan yang telah penulis sebutkan melalui proses pembelahan dalam Laboratorium Biologi, maka hewan tersebut melalui tahap obserfasi yaitu melalui tahap pengamatan dengan indera fisual, yang diamati adalah anatomi tubuh bagian dalam pada hewan-hewan tersebut seperti lekukan-lekukan usus.
Ketika siswa/siswi yang mengambil jurusan IPA mempelajari Fisika, tentu materi yang disajikan adalah perubahan suhu dan perubahan wujud, serta materi-materi lain, sedangkan materi praktikum yang disajikan adalah bagaimana membuat rangkaian listrik, penggunaan microskop sebagai alat optic yang mendukung alat optic alami, dan pengukuran suhu serta praktek tentang bagaimana cara melakukan pembuatan bel listrik.
Selain matapelajaran Fisika dan Biologi, Pelajaran yang juga disajikan kepada siswa/siswi yang mengambil jurusan IPA adalah Kimia, tentu untuk mempelajari materi Kimia mereka harus menerima materi praktikum seperti mengukur obat suntik yang akan dipindahkan ke spoit atau alatsuntik yang akan digunakan, untuk melakukan hal ini, yang paling berperan adalah indera fisual pula yang dengan indera fisual kita akan mengetahui berapa CC cairan yang dibutuhkan untuk mengisi spoit atau alat suntik yang digunakan.
Dari ketiga pelajaran telah saya jelaskan, sangat menghambat kaum tunanetra untuk mengambil jurusan IPA, sebab hal-hal yang telah saya sebutkan diatas adalah hal-hal yang akan menimbulkan difficult problem bagi mereka, hal-hal seperti ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang dianggap kasuistik menurut penulis, sebab kita tahu tunanetra khususnya dari kalangan wanita yang aktif membantu ibu asrama mengerjakan ikan, tentu juga dapat melakukan pembelahan hewan-hewan yang telah saya(penulis) terangkan. Tetapi ketika penulis ditanya “mengapa kamu tidak mengambil jurusan IPA?” maka saya akan menjawab “saya bukanlah tipe-tipe pekerja, melainkan saya adalah tipe-tipe pemimpin, dan saya juga mengambil jurusan IPS dikarenakan saya juga masih mengikuti paradikma yang telah lama” tetapi setelah saya berada di kelas dua dan saya juga adalah orang yang sangat meng idolakan siswa/siswi yang mengambil jurusan IPA, akhirnya ter inspirasi untuk mencoba memikirkan hal ini siapa tahu ini adalah hal yang menjadi sebuah pembaharuan dalam dunia pendidikan tunanetra yang mengikuti pelayanan integral di sekolah menengah umum yang merupakan sekolah regular.
Sebenarnya, ketika seorang Tunanetra mengambil jurusan IPA, dalam menerima materi praktikum di laboratorium Biologi, mereka boleh melakukan praktek pembelahan hewan, sedangkan untuk obserfasi dengan menggunakan indera fisual, tentu mereka sudah tidak mampu, sehingga guru bidanstudi bersangkutan harus mendeskripsikan kondisi hewan yang telah dibelah oleh siswa/siswi yang bersangkutan.
Seandainya jurusan IPA masih diklasifikasikan menjadi dua bagian satu kelas untuk Biologi dan satu kelas untuk kimia dan fisika, maka kaum tunanetra masih memungkinkan untuk mengambil jurusan Biologi, namun karena IPA sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, maka akan sedikit menyulitkan bagi kaum tunanetra yang berintegrasi dan ingin mengambil jurusan tersebut, namun saya masih ingin agar kita mencoba untuk mencari solusi agar hal ini tidak menjadi hal yang kasuistik dalam dunia pendidikan bagi kaum tunanetra, sebab dalam kurikulum biologi mungkin tunanetra masih mudah untuk menerima materi biologi yang bersifat teori.
Sebenarnya untuk pelajaran Fisika, seorang tunanetra juga bisa mengikuti materi praktikum seperti membuat rangkaian listrik baik seri maupun pararel, dan Bel listrik. Bagi kaum Tunanetra yang mengambil jurusan IPA terkhusus kepada tunanetra pria sebenarnya dapat diarahkan untuk melakukan hal ini dibawah bimbingan seorang guru Fisika yang mengajar di sekolah yang mendidik pelajar satu atau dua orang tunanetra.
Untuk mata pelajaran Kimia, materi praktikum yang disajikan bagi seorang tunanetra adalah hanya sebatas pengenalan terhadap alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan sebuah kegiatan praktek, tetapi mereka tidak perlu diberi pengetahuan tentang perubahan dan reaksi setetes cairan yang dicampurkan dengan cairan lain.
Hambatan lain yang sering penulis temukan adalah begitu banyak tugas yang harus diselesaikan dalam waktu satu minggu, ini adalah sebuah perbedaan pola pengajaran yang disajikan di kelas IPA sedangkan siswa/siswi yang mengambil jurusan IPS sedikit lebih santai sebab mereka tidak terlalu sering memperoleh tugas dari guru.
Saya(penulis) sangat yakin bahwa ketika program higher education berjalan secara optimal pasti ada tunanetra yang akan mengambil jurusan IPA, ini adalah sebuah kemungkinan, tetapi terjawab atau tidaknya kemungkinan ini hanya waktulah yang menentukan, saya yakin! Apa yang sempat saya fikirkan melalui tulisan ini jika tidak direspon dengan sebuah studi kasus maka hal ini tidak akan terjawab.
Kita tahu! Bahwa siswa/siswi yang mengambil jurusan IPA dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah di jurusan Kedokteran, Astronot, dan dipersiapkan untuk menjadi saintis. Untuk menjadi seorang saintis merekapun terbagi-bagilagi atas programmer, perancang software , dan perancang peralatan teknologi lainnya.
Seorang tunanetra memang tidak bisa dipersiapkan untuk menjadi dokter, tetapi bagaimanapun, mereka yang ingin menjadi masseur(tukangpijat) harus mempunyai pengetahuan tentang ilmu biologi khususnya tentang bagian-bagian tubuh manusia sebab untuk menangani pasien dan ketika diperhadapkan dengan buku-buku tentang pemijatanpun mereka akan banyak menemukan istilah-istilah dalam ilmu Biologi.
Ketika teman-temanku, senasib, dan seperjuanganku membaca tulisan ini, janganlah cepat mengambil kesempulan bisa atau tidaknya anda mewujudkan keinginan saya selaku seorang pelajar yang ingin melinhat generasi ke depan dari kalangan tunanetra ada yang mengambil jurusan IPA, tetapi mari fikirkan dan lakukan sesuatu untuk menjawab persoalan yang saya uraikan melalui tulisan yang sederhana ini.

Postingan Terkait Lainnya :


Widget by BAMPERXII.Co.cc

Your cOmment"s Here! Hover Your cUrsOr to leave a cOmment.

Kata Mereka

Ketua DPD PERTUNI SULSEL Hamzah M.Yamin
Dengan adanya website ini, memberikan warna tersendiri mengenai penyandang cacat, terkhusus tunanetra, media website menjadi salah satu bentuk sosialisasi yang sangat bagus dengan jangkauan internasional,sehingga upaya mempublikasikan sahabat tunanetra dapat terjangkau secara menyeluruh. Aksi yang dilakukan BAMPER XII sebagai organisasi volunter / mitra PERTUNI sangat membantu kinerja DPD PERTUNI SULSEL dan penyandang tunanetra khususnya, teruslah memberikan satu kebaikan kepada mereka yang membutuhkan