Kembalinya seseorang ke hadirat Tuhannya dengan meninggalkan keteladanan yang amat patut dikenang dan diikuti oleh banyak orang adalah sesuatu yang amat pantas untuk diabadikan. Karena itulah, walau telah tiga hari berlalu, Tajuk ini dihadirkan sebagai "in memoriam" Dr. Mansyur Semma, SIP, MA.Lebih-lebih lagi, karena almarhum Mansyur Semma memang seorang penulis aktif dan nara sumber Fajar yang tidak pernah pelit memberi bahan berita.
Beberapa tulisan telah hadir di media kita ini dari sahabat-sahabat almarhum. Karena itu, di sini, kita hanya akan menggarisbawahi satu hal yang amat interessant dari seorang Mansyur Semma. Setiap kali kita membaca tulisan, apalagi mendengar almarhum dalam memaparkan ide dan pemikirannya, maka satu kesan yang selalu kita tangkap, yaitu ia berbicara menyentuh rasio sekaligus rasa kita.Ya, Mansyur Semma yang seorang intelektual dengan kualifikasi tingkat pendidikan bergelar doktor, bukan hanya seorang pemikir rasional yang "dingin", melainkan ia juga sekaligus sebagai seorang penggugah nurani. Ia tidak hanya mengajak orang untuk menyimak pemikiran-pemikiran logik atau rasional, tapi juga sekaligus selalu berusaha mengajak nurani orang untuk berkomitmen pada kemuliaan ahlak.Di tengah-tengah denyut kehidupan manusia yang semakin masinal sekarang ini, yang membuat manusia hampir tidak pernah memiliki kesempatan merenungi makna kehidupan, bahasa Mansyur Semma hadir bagai sebuah oase di tengah sahara. Seharusnyalah, bahasa, gaya ungkap, dan kepribadian almarhum Mansyur Semma, menjadi cermin tempat berkaca kalangan intelektual negeri ini, khususnya daerah ini, dan lebih khusus lagi almamaternya sendiri.Mansyur Semma adalah teladan jelas yang amat apik, bagaiman suatu kebenaran, bisa disampaikan secara lebih santun, diterima akal sehat, sekaligus menggugah nurani, dan bukannya dengan cara-cara yang mencederai substansi kebenarannya sendiri.Kecacatan mata almarhum yang membuatnya tidak bisa melihat secara fisik, tidaklah mengakibatkan kekurangan pada dirinya karena mata hatinya tidak buta. Ia justru menjadi sosok yang diharapkan oleh presiden SBY suatu ketika,"saya percaya Anda masih punya mata hati yang bisa melihat lebih luas dan tajam dibandingkan sebagian orang yang dapat melihat secara sehat tapi ternyata tidak mampu melihat dan membedakan mana yang benar dan salah". Mansyur Semma, kendati amat singkat, namun Anda telah meninggalkan "berlian" yang amat berharga bagi orang-orang yang Anda tinggalkan di negeri ini Selamat jalan kembali keharibaanNya karena Dia, Al Khaliq, tentu lebih mencintaimu.
SELAMAT BERKUNJUNG,BERGABUNG MENJALIN IKATAN KEMITRAAN
Jalinan Kemitraan digalang oleh rasa simpati yang menggerakkan diri tuk berbuat "satu" namun memberi "seribu satu" makna,bagi eksistensi organisasi dan menciptakan karsa bagi mereka [Tunanetra]menghilangkan sikap stereotype,diskriminatif dan antipati sehingga mereka dapat eksis dalam kehidupan menuju penyetaraan [Berbuat Untuk Tunanetra,Berbuat Untuk Semua] Bagi sahabat yang ingin berbagi dan mendukung Program Kami,Kampanyekan Blog ini dengan mengcopy Banner Komunitas Peduli Tunanetra.Klik DisiniBuat Para Sahabat Pengunjung ,Blogger,Anggota KAPTEN MITRA,dan Anggota BAMPER XII,kami tunggu masukan dan sarannya yah, demi membangun organisasi kami dan terkhusus kepada para penyandang cacat khususnya Tunanetra.
Kami merekomendasikan Anda untuk mempergunakan Mozilla FireFox Web Development & Hosting
Jumat, Maret 07, 2008
Buta Mata tak Buta Hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kata Mereka
Ketua DPD PERTUNI SULSEL
Hamzah M.Yamin
Dengan adanya website ini, memberikan warna tersendiri mengenai penyandang cacat, terkhusus tunanetra, media website menjadi salah satu bentuk sosialisasi yang sangat bagus dengan jangkauan internasional,sehingga upaya mempublikasikan sahabat tunanetra dapat terjangkau secara menyeluruh. Aksi yang dilakukan BAMPER XII sebagai organisasi volunter / mitra PERTUNI sangat membantu kinerja DPD PERTUNI SULSEL dan penyandang tunanetra khususnya, teruslah memberikan satu kebaikan kepada mereka yang membutuhkan |