SELAMAT BERKUNJUNG,BERGABUNG MENJALIN IKATAN KEMITRAAN

Jalinan Kemitraan digalang oleh rasa simpati yang menggerakkan diri tuk berbuat "satu" namun memberi "seribu satu" makna,bagi eksistensi organisasi dan menciptakan karsa bagi mereka [Tunanetra]menghilangkan sikap stereotype,diskriminatif dan antipati sehingga mereka dapat eksis dalam kehidupan menuju penyetaraan [Berbuat Untuk Tunanetra,Berbuat Untuk Semua] Bagi sahabat yang ingin berbagi dan mendukung Program Kami,Kampanyekan Blog ini dengan mengcopy Banner Komunitas Peduli Tunanetra.Klik Disini
Buat Para Sahabat Pengunjung ,Blogger,Anggota KAPTEN MITRA,dan Anggota BAMPER XII,kami tunggu masukan dan sarannya yah, demi membangun organisasi kami dan terkhusus kepada para penyandang cacat khususnya Tunanetra.
Kami merekomendasikan Anda untuk mempergunakan Mozilla FireFox Web Development & Hosting

Senin, Juni 02, 2008

Apa itu Puisi

Menelusuri Batasan Puisi yang Tiada Batas
Oleh: Muhammad Nursam
Mahasiswa sastra Inggris UNM
(Ketua Divisi Human Resource Development Barisan Mitra DPD PERTUNI SULSEL)

Hari itu, di kampusku Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Makassar. Salah satu lembaga kemahasiswaan Jurusan bahasa inggris, namanya PRASASTI (Perhimpunan Mahasiswa Sastra Inggris) mengadakan acara ulang tahunnya yang ke 10 tepatnya hari jum’at tanggal 7 Desember 2007 di lapangan basket FBS UNM. Acara tersebut dirangkaikan dengan pementasan dan perlombaan seni, yakni pementasan musik, teater dan puisi. Tentu saja acara tersebut sangat menarik perhatian mahasiswa termasuk saya yang kebetulan turut ambil bagian membacakan salah satu puisi karyaku sendiri.

Banyak hal yang menarik dan sekaligus unik dalam acara tersebut terutama pementasan teater. Walau hujan, penonton dan pemain tak terpengaruh. Penonton tetap menikmati tontonannya dan para pemain tetap memainkan perannya masing-masing padahal mereka sudah basah oleh hujan. Kejadian itu membuatku salut pada mereka. Betapa tidak, ternyata di kampusku yang dikenal doyan tawuran masih ada segelintir orang yang peduli dan cinta akan seni terutama kecintaan mereka terhadap karya sastra. Tapi, ada hal yang mengganggu pikiranku waktu itu. Yaitu, ketika dua orang MC (Master of Ceremony) mebincangkan tentang makna puisi. Ketika ditanya tentang makna puisi. Salah seorang MC menjelaskan tentang arti puisi. Walaupun sedikit bingung akhirnya sang MC menjawab “puisi itu adalah ungkapan rasa cinta kita kepada kekasih, sahabat, teman atau pun orang tua” padahal puisi yang kubawakan waktu itu judulnya BUMIKU. Wah, seandainya arti puisi hanya sebatas yang dijelaskan sang MC tadi, maka puisi BUMIKU tidak termasuk kategori puisi. Lalu apa dong namanya? Untungnya batasan puisi tidak sampai disitu. Karena menurut penulis sendiri puisi adalah suara hati ataupun suasana hati seseorang yang dituangkan dalam kata-kata baik itu rasa cinta, benci, panik, maupun kekaguman akan sesuatu dan disusun sedemikian rupa agar terasa indah. Lalu apakah batasan yang saya kemukakan tadi sudah cukup? Ternyata pemahamanku akan puisi belum pantas mewakili batasan puisi yang sebenarnya. Baiklah saya ingin coba membahas apa itu puisi yang saya kutip dari buku Prinsip-prinsip Dasar Sastra karya Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan.

Puisi Menurut Bahasa
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan” (Ensiklopedia Indonesia N-Z; tanpa tahun: 1147).
Dalam bahasa inggris padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat berhubungan dengan –poet dan kata –poem. Menurut Vencil C. Coulter “kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta. Yang berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci; yang sekaligus merupakan seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi”. (Coulter; 1930 : 284-5).

Batasan-batasan Puisi
Ralph Waldo Emerson memberi penjelasan bahwa “puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk meggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan serta alasan yang menyebabkannya ada. Karena bukannya irama melainkan argumenlah yang membuat irama [yaitu ide atau gagasan] yang menjelmakan suatu puisi. Sang penyair mempunyai suatu pikiran baru untuk disingkapkan. Dia ingin mengutarakan kepada kita betapa caranya pengalaman itu bersatu dengan dia dan semua orang akan mempunyai perbendaharaan yang lebih kaya dengan pengalaman tersebut” (Blair & Chandler 1935 : 3).
Selanjutnya pengarang terkenal Edgar Allan Poe membatasi “puisi kata sebagai kreasi keindahan yang berirama (the rhytmical creation of beauty). Ukuran satu-satunya untuk itu ialah rasa dengan intelek ataupun dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan sekunder saja. Jika tidak bersifat insidental, maka puisi itu tidak mempunyai hubungan apapun baik dengan kewajiban maupun dengan kebenaran. (Blair & Chandler 1935 : 3).
Ada pula beberapa pengarang yang menghubungkan puisi dengan musik. John Dryden mengatakan bahwa “poetry is articulate music” dan Isaac Newton mengatakan bahwa “puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan” atau “poetry is ingenius fiddle-faddle” (Blair & Chandler 1935 : 3). Bahwa hubungan antara puisi dengan musik amat erat, kiranya tidak perlu diperdebatkan. Semua orang tahu bahwa irama merupakan unsur utama puisi. Lagi pula salah satu maksud utama puisi pada umumnya “not to speak but to sing”, “bukan berbicara tetapi berdendang” kepada para penikmatnya.
Samuel Johnson berpendapat bahwa “puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia bercikal-bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian” (Tarigan, 1967 : 28; Blair & Chandler 1935 : 4). Dan bagi Byron “puisi merupakan lava imajinasi, yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi”, sedangkan bagi Percy Byssche Shelley “puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan” (Blair & Chandler 1935 : 4).
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman manusia, antara lain pendapat Watts-Dunton dan Lascelles Abercrombie. “puisi adalah ekspresi yang kongkrit dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama”, kata Watts-Dunton, sedangkan Lescelles Abercrombie mengatakan bahwa “puisi adalah ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang memanfaatkan setiap rencana dengan matang dan tepat guna” (Blair & Chandler 1935 : 4).
Walaupun saya telah mengutip beberapa batasan tentang puisi, saya yakin kita belum mampu memperoleh kata sepakat untuk membatasi kata puisi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pandangan serta konsepsi. Namun demikian, hal ini jangan menjadi alasan kita tidak tertarik dengan puisi. Tetapi jadikanlah sebagai pemacu kita agar semakin dekat dengan makhluk yang bernama puisi karena memang batasan puisi tiada batasnya. Inilah yang menjadi keistimewaan puisi dibandingkan karya sastra yang lain.
Saya teringat seorang teman yang juga seorang penulis, namanya Irwan. Dia meminta saya memberi kritikan atas puisi karyanya. Saya jadi terperangah, mana sanggup saya mengkritik puisinya yang begitu bagus, saya bukan kritikus tapi seorang pengarang yang masih perlu banyak belajar. Saya hanya menyampaikan bahwa puisi kami berbeda aliran atau tipikal. Dimana puisinya lebih fokus pada pemakaian kata-kata kiasan sehingga maknanya tersembunyi sementara saya yang masih sedang belajar lebih fokus pada persajakan dan irama sehingga maknanya mudah ditebak. Dalam hal ini saya meminta padanya untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing. Apalagi dalam membaca puisi kita sering menjumpai kesulitan-kesulitan. Marilah kita dobrak kesulitan kesulitan itu agar pemahaman dan penghayatan kita bertambah mantap. Semoga ucapan Emerson yang berbunyi “puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata yang sesedikit mungkin”, benar-benar meresap ke dalam hati sanubari kita serta mempertinggi taraf apresiasi kita terhadap puisi pada khususnya, terhadap sastra, seni, dan hidup ini pada umumnya.

Postingan Terkait Lainnya :


Widget by BAMPERXII.Co.cc

Your cOmment"s Here! Hover Your cUrsOr to leave a cOmment.

Kata Mereka

Ketua DPD PERTUNI SULSEL Hamzah M.Yamin
Dengan adanya website ini, memberikan warna tersendiri mengenai penyandang cacat, terkhusus tunanetra, media website menjadi salah satu bentuk sosialisasi yang sangat bagus dengan jangkauan internasional,sehingga upaya mempublikasikan sahabat tunanetra dapat terjangkau secara menyeluruh. Aksi yang dilakukan BAMPER XII sebagai organisasi volunter / mitra PERTUNI sangat membantu kinerja DPD PERTUNI SULSEL dan penyandang tunanetra khususnya, teruslah memberikan satu kebaikan kepada mereka yang membutuhkan