SELAMAT BERKUNJUNG,BERGABUNG MENJALIN IKATAN KEMITRAAN

Jalinan Kemitraan digalang oleh rasa simpati yang menggerakkan diri tuk berbuat "satu" namun memberi "seribu satu" makna,bagi eksistensi organisasi dan menciptakan karsa bagi mereka [Tunanetra]menghilangkan sikap stereotype,diskriminatif dan antipati sehingga mereka dapat eksis dalam kehidupan menuju penyetaraan [Berbuat Untuk Tunanetra,Berbuat Untuk Semua] Bagi sahabat yang ingin berbagi dan mendukung Program Kami,Kampanyekan Blog ini dengan mengcopy Banner Komunitas Peduli Tunanetra.Klik Disini
Buat Para Sahabat Pengunjung ,Blogger,Anggota KAPTEN MITRA,dan Anggota BAMPER XII,kami tunggu masukan dan sarannya yah, demi membangun organisasi kami dan terkhusus kepada para penyandang cacat khususnya Tunanetra.
Kami merekomendasikan Anda untuk mempergunakan Mozilla FireFox Web Development & Hosting

Selasa, September 30, 2008

ATM Bisa 'Bicara'

detikInet Jakarta, Anda seorang tunanetra yang sering minta bantuan orang berpenglihatan nornal untuk melakukan
penarikan uang tunai di mesin ATM? Kini telah hadir mesin ATM untuk tunanetra, perangkat anjungan tunai mandiri yang memungkinkan tunanetra bertransaksi tanpa bantuan orang lain.

Adalah Ron Boutte, warga San Fransisco Amerika yang mengalami kebutaan sejak usianya 10 tahun. Ia sangat mahir menggunakan mesin ATM. Dengan meraba huruf braille (huruf timbul khusus untuk tunanetra) yang terdapat pada tombol, serta mengingat dengan baik menu-menu yang ada pada mesin ATM, ia dapat menarik uang tunai atau bertransaksi tanpa menemui kesulitan.

Namun demikian, perkara mengambil uang ternyata tak semudah menggerakkan jari dan menekan tombol braille. Pria berusia 44 tahun ini tetap tak dapat melihat informasi yang tertera di layar. Ia tak tahu, apakah mesin ATM tersebut rusak, atau terdapat kesalahan dalam proses transaksi yang dilakukannya.

Lalu, apa yang akan Boutte lakukan? Meminta orang lain untuk membacakan informasi di ATM tersebut? Apa jadinya kalau tak ada seorang pun disana, sementara Boutte sangat membutuhkan uang untuk keperluannya?
Masalah seperti ini tentunya juga dialami tunanetra di negara lain. Kalau tidak membawa teman, biasanya si tunanetra minta bantuan orang di sekeliling ATM . Bukankah hal itu sangat merepotkan dan beresiko tinggi?
Tetapi, kini Boutte dan tunanetra yang berdomisili di San Fransisco tak perlu lagi khawatir. Mereka sudah dapat menikmati ATM bicara yang ditempatkan di kantor perpajakan kota, serta berbagai sarana umum di pusat kota.Untuk menemukan lokasi ATM bicara, tunanetra cukup mengandalkan semacam alat infra merah yang akan memberikan petunjuk berupa sinyal suara. Semakin dekat lokasi ATM bicara dengan tunanetra yang membawa alat tersebut, maka suara sinyalnya akan semakin keras.

Ketika tunanetra tiba di ATM, ia dapat mendengarkan instruksi transaksi melalui headset. "Please insert your card and enter your authorization number", begitulah kira-kira pesan suara yang akan terdengar ketika tunanetra mulai mengaktifkan mesin ATM tersebut.Selanjutnya, pesan suara akan memberitahukan tombol dan menu apa saja yang telah ditekan, termasuk informasi menu, dan status transaksi. Jika transaksi berhasil atau gagal, tunanetra juga dapat langsung mengetahuinya.
"Saya merasa sangat terbantu dengan adanya ATM bicara ini. Saya dapat melakukan proses bisnis seperti halnya orang berpenglihatan," tutur Damien Pickering, ketua organisasi tunanetra Rose Resnick yang juga tunanetra.

Menurut dia, ATM bicara merupakan terobosan baru yang memungkinkan tunanetra untuk melakukan transaksi secara mandiri. "Saya tak harus meminta orang lain untuk membacakan tulisan di layar atau buku tabungan, jadi privasi dan keamanan uang lebih terjaga," tambahnya.Ternyata untuk mengembangkan sebuah mesin ATM bicara tidaklah mudah. Menurut Leal, sebuah ATM yang memiliki perangkat audio synthesizer (sistem yang mampu membacakan tulisan di layar monitor) membutuhkan dana USD 200 sampai USD 500. Itulah faktor utama yang membuat bank-bank enggan menyediakan perangkat asistif tersebut, karena biayanya terlalu mahal dan tentu saja mengurangi keuntungan bank itu sendiri.

Namun, Leal tidak menyerah dan akhirnya berhasil meyakinkan bank-bank di kotanya bahwa tunanetra juga salah satu bagian dari aset bisnis mereka. Hal tersebut didukung dengan perkembangan teknologi audio yang semakin canggih,yang berhasil menekan biaya pembuatan ATM bicara. Tahun 2006 ini saja, biaya pembuatan sebuah ATM agar bisa
bicara hanya membutuhkan kurang dari USD 100.

Postingan Terkait Lainnya :


Widget by BAMPERXII.Co.cc
Anonim mengatakan...

hehehehe,..ATM bicara??
wekekekekeke

Anonim mengatakan...

naah harusnya orang indonesia lebih bisa peduli,..katanya bangsa ini kan bangsa yang beradab??

Anonim mengatakan...

sila-sila yang ada di Pancasila, kadang2 cuman jadi pajangan..perhatian kepada yang sodara-sodara kita yang disable masinh sangat kurang..mudah2an ada perhatian dari pemerintah ya..biar Pancasila bisa lebih membumi..bukan hanya slogan..

Anonim mengatakan...

waw, tunanetra aset bisnis?kok kayak kejem gt ya??ato saya saja yang terlalu sensi

Anonim mengatakan...

2 Brigadista : Betul tuh kita harusnya lebih peduli,wong klo gak bisa buat yang gituan,minimal berbuat dengan membantu mereka secara langsung guna menghapus stigma negatif di mata masyarakat.

2 Budiawan Hutasoit : Memang dilihat dr segi perhatian dan pelaksanaan mash sangat minim,walau masyarakat minoritas tp mereka hrs mendapat perlakuan yang mementingkan hajat hidup atas bagian dr masyarakat,yuk rame -rame angkat bicara dan gabung d komunitas peduli tunanetra.

2 Cerita Senja: mmg sih klo diliat kpd siapa yg diuntungkan dr sisi materi pasti kita ngeh,tp walaupn gt kita hargai tuh usahanya tuk membantu sahabt tunanetra,klo kami sih anda mau berbuat tanpa pamrih kami sangat hargai itu,krn prinsp itulah yg km gunakan disini,memberi tanpa mengharap imbalan.hhehehe,semata keikhlasanNya.

Anonim mengatakan...

hebat euy....zaman nya emang amkin canggih, besok apalagi yg bisa bicara ya.."Klo bulan bisa ngomong"..wualah...
nice post fren !

Anonim mengatakan...

teknologi sekarang semakin tinggi. tapi kita musti harus tetep waspada dengan teknologi.

The Diary mengatakan...

semoga penyadang tuna netra di indonesia bisa lebih diperhatikan dari segi fasilitas umum seperti di luar negeri

Anonim mengatakan...

amiiiiin,berharap banget tuh,minimal aksesibilitas sarana umum tuh.

Baca : http://www.pu.go.id/itjen/hukum/pm30-2006.pdf

Your cOmment"s Here! Hover Your cUrsOr to leave a cOmment.

Kata Mereka

Ketua DPD PERTUNI SULSEL Hamzah M.Yamin
Dengan adanya website ini, memberikan warna tersendiri mengenai penyandang cacat, terkhusus tunanetra, media website menjadi salah satu bentuk sosialisasi yang sangat bagus dengan jangkauan internasional,sehingga upaya mempublikasikan sahabat tunanetra dapat terjangkau secara menyeluruh. Aksi yang dilakukan BAMPER XII sebagai organisasi volunter / mitra PERTUNI sangat membantu kinerja DPD PERTUNI SULSEL dan penyandang tunanetra khususnya, teruslah memberikan satu kebaikan kepada mereka yang membutuhkan